REPUBLIKA.CO.ID, Babak baru brutalitas Rezim Zionis Israel ke wilayah Palestina dan eskalasi pembantaian warga Palestina mencerminkan tak berdayanya masyarakat internasional terhadap Isarel.
Brutalitas Israel ke Jalur Gaza yang dimulai sejak Jumat (9/3) hingga kini telah menewaskan puluhan warga Palestina. Brutalitas ini seiring dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu yang mengancam akan meningkatkan serangan ke wilayah Palestina. Netanyahu dalam hal ini menekankan bahwa militer Israel akan meningkatkan serangannya ke Jalur Gaza.
Serangan Israel ini mencerminkan arogansi rezim ilegal Tel Aviv terhadap warga Palestina.Serangan itu gencar dilakukan tak lama setelah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan PM Israel, Benyamin Netanyahu. Oleh karena itu, menurut pengamat politik, kekejian Israel terhadap bangsa Palestina ini dilancarkan dengan lampu hijau Amerika Serikat.
Petinggi AS senantiasa memainkan peran penting atas sikap keras kepala Israel dalam melanjutkan kejahatannya terhadap bangsa Palestina. Peran Gedung Putih ini diwujudkan dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi yang tak terbatas kepada Israel. Oleh karena itu, opini publik senantiasa menilai AS sebagai mitra kejahatan Israel. Yang pasti Israel di bawah perlindungan AS dan Barat meningkatkan kekejamannya dan tengah mengejar tujuan tertentu.
Di saat opini publik regional terfokus pada transformasi negara-negara Arab, Israel memanfaatkan kondisi ini untuk memajukan kebijakan arogan dan haus perangnya di kawasan. Patut dicatat bahwa eskalasi serangan Israel ke Gaza seiring dengan strategi Tel Aviv mengobarkan fitnah di Palestina. Sepertinya Israel tengah berusaha menggagalkan perundingan rekonsiliasi nasional Palestina dengan merusak kondisi dan stabilitas di wilayah yang dijajah rezim ilegal ini.
Di sisi lain, semakin parahnya krisis internal di Israel dan meningkatnya protes serta aksi mogok warga Zionis sebagai reaksi atas kegagalan kebijakan ekonomi serta diskriminasi petinggi Tel Aviv membawa rezim ilegal ini pada kelumpuhan total. Kondisi ini sangat membuat petinggi Israel khawatir. Berlanjutnya kondisi ini menggoyangkan pilar-pilar Israel. Para pemimpin Tel Aviv kemudian memilih untuk meningkatkan serangan militer ke Jalur Gaza guna mengalihkan opini publik mereka dari krisis internal yang ada.
Sementara itu, Israel dalam beberapa bulan terakhir mengalami kondisi buruk akibat kegagalan mereka menghadapi muqawama bangsa Palestina, oleh karena itu dengan meningkatkan serangan ke Gaza dan pameran kekuatan militer petinggi Tel Aviv berusaha menyembunyikan kegagalan mereka mematahkan resistensi bangsa Palestina.
Eskalasi serangan militer Israel ke Gaza dengan dalih apapun hanya menghasilkan pembantaian warga Palestina. Masalah ini kian membuktikan bahwa eksistensi Israel adalah kekerasan dan arogansi.