REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Jenderal Jung Seung-Jo, meminta angkatan laut untuk memukul balik terhadap setiap serangan baru Korea Utara, pada saat Seoul memperkuat keamanan menjelang menggelar forum besar.
Jenderal Jung meminta para pelaut untuk tetap waspada, dan mengatakan Angkatan Laut Korea Utara akan meningkatkan kegiatan pada saat pelabuhannya yang membeku mulai mencair.
"Korea Utara dapat memicu kita pada setiap kesempatan ... Anda harus menggunakan kesempatan itu untuk memulai pembalasan segera dan kuat dengan semua senjata yang tersedia," katanya saat berkunjung ke satu pangkalan angkatan laut di pelabuhan Pyeongtaek.
"Jika musuh memprovokasi kami, kami akan membantu Anda memulai pembalasan cepat dan tepat dengan pasukan gabungan, sehingga musuh akan sangat menyesal," katanya.
Jenderal Jung menyaksikan satu kapal perusak 3.200 ton sedang menangani serangan tiruan dengan rudal Korea Utara Styx dan membahas gerakan-gerakan militer baru-baru ini dengan para komandan angkatan laut.
Dia mendesak angkatan laut tetap waspada menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir 26-27 Maret di Seoul yang melibatkan puluhan pemimpin dunia. Presiden Amerika Serikat Barack Obama termasuk di antara kepala negara atau kepala pemerintahan diharapkan hadir dalam KTT itu.
Korea Utara telah mengecam acara tersebut sebagai "bahan tertawaan buruk" yang dimaksudkan untuk membenarkan serangan atom oleh Korea Selatan dan sekutunya Amerika Serikat.
Pyongyang telah mengintensifkan retorika bermusuhan terhadap Seoul sejak pemimpin baru Kim Jong-un mengambil alih tampuk pimpinan dari ayahnya, Kim Jong-il, yang meninggal Desember lalu.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin mendesak tentara untuk meningkatkan kekuatan serangan balik jika diprovokasi oleh Utara. Ketegangan militer telah meninggi sejak Seoul menuduh tetangganya mentorpedo kapal perang Cheonan pada Maret 2010 yang menewaskan 46 pelautnya.
Korea Utara menolak bertanggung jawab, tetapi Pyongyang menembaki sebuah pulau perbatasan Korea Selatan, Yeonpyeong, pada November 2010, menewaskan empat orang termasuk warga sipil.