REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Ribuan tentara Bangladesh berpatroli di jalan-jalan di Dhaka pada Senin (12/3) karena partai-partai oposisi siap untuk menggelar protes massa meminta pemerintah mundur dan mengadakan pemilihan umum baru. Sekolah-sekolah dan toko-toko ditutup dan jalan-jalan di ibu kota kosong menjelang aksi unjuk rasa itu, yang telah direncanakan selama berbulan-bulan oleh Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan sekutu-sekutunya.
Sejumlah laporan mengatakan ribuan aktivis oposisi ditahan menjelang acara, namun polisi membantah akan melakukan tindakan keras yang terorganisir. "Ini adalah penangkapan rutin tidak ada hubungannya dengan demonstrasi besar oposisi," kata deputi komisaris polisi Dhaka Monirul Islam kepada AFP.
Disebutkan bahwa sedikitnya 15 ribu polisi dan penjaga perbatasan dikerahkan di Dhaka untuk mencegah terjadinya kekerasan. Layanan-layanan bus dan feri ke kota juga dihentikan, sehingga sulit bagi pendukung oposisi untuk melakukan perjalanan dari daerah-daerah pedesaan.
Juru bicara BNP, Mirza Fakhrul Islam Alamgir, mengatakan kepada AFP, bahwa sedikitnya 3.000 orang telah ditahan secara nasional selama empat hari terakhir. "Polisi telah menahan pejabat-pejabat dan para pendukung kami secara massal," kata Alamgir. Surat kabar Prothom Alo mengatakan lebih dari 2.800 orang telah ditahan sejak Rabu.
Kemarahan oposisi telah berkembang sejak pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sheikh Hasina, tahun lalu membatalkan sistem pengurus netral untuk mengawasi pemilu. Politik Bangladesh sering meletus menjadi kekerasan, dengan serius terakhir pecah bentrokan di jalan antara aktivis partai saingan pada tahun 2006 ketika beberapa orang tewas. Pemilihan nasional berikutnya dijadwalkan akan diadakan pada awal tahun 2014.