Senin 12 Mar 2012 17:12 WIB

Suriah Berdarah Terkini, 47 Perempuan dan Anak-anak Tewas

Rep: Lingga Pramesti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Demonstran menggelar long march dengan membawa bendera Suriah dalam aksi demontrasinya menentang rezim Presiden Bashar Assad di Kedssaya, Damascus, Suriah, Sabtu (4/2) malam.
Foto: AP
Demonstran menggelar long march dengan membawa bendera Suriah dalam aksi demontrasinya menentang rezim Presiden Bashar Assad di Kedssaya, Damascus, Suriah, Sabtu (4/2) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Laporan trkini dari oposisi Suriah menyebut serangan pasukan keamanan Suriah telah menewaskan 47 perempuan dan anak-anak di kota bergolak Homs, Senin (12/3). Mereka  mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera menggelar pertemuan darurat untuk membahas kekerasan tersebut.

Seorang aktivis Suriah di pusat kota terkepung Homs, Hadi Abdallah, mengatakan kepada AFP,  26 mayat anak-anak dan 21 wanita, ditemukan di Karm el-Zaytoun dan distrik Al-Adawiyeh. Beberapa anak-anak telah dipukul dengan benda tumpul di kepala mereka, seorang gadis kecil dimutilasi dan beberapa perempuan diperkosa sebelum dibunuh," katanya.

Sementara itu, kelompok oposisi utama, Dewan Nasional Suriah (SNC), menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas kekerasan yang masih terus berlanjut.  "Dewan Nasional Suriah telah membuat kontak yang diperlukan dengan semua organisasi dan negara-negara yang bersahabat dengan rakyat Suriah untuk Dewan Keamanan PBB agar segera menggelar pertemuan darurat," kata SNC dalam sebuah pernyataan.

SNC mengatakan bahwa sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad tersebut berbagi tanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan oleh rezim Suriah.

Sebelumnya, utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan, mengakhiri kunjungan ke Suriah tanpa kemajuan berarti. Namun demikian, Annan tetap optimis misinya di Suriah akan berhasil.  “Saya opitimis karena beberapa alasan. Pertama, saya telah berada di sini untuk waktu yang sangat singkat, tetapi hampir setiap orang Suriah yang saya temui menginginkan perdamaian, mereka ingin melanjutkan hidup mereka," ujar Annan.

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement