Selasa 13 Mar 2012 07:21 WIB

Lavrov Kutuk Barat yang Desak Perubahan Rezim Suriah

Rep: aghia khumaesi/ Red: Hazliansyah
Mantan Sekjen PBB datang ke Suriah untuk bertemu Presiden Bashar Assad. Kedatangan Kofi membawa misi menyelesaikan krisis Suriah.
Mantan Sekjen PBB datang ke Suriah untuk bertemu Presiden Bashar Assad. Kedatangan Kofi membawa misi menyelesaikan krisis Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Banyak Negara barat ikut campur dalam kerusuhan Suriah. Hal ini disebut dapat membawa dampak negatif bagi penyelesaian Suriah.

Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov mengutuk upaya negara-negara Barat tertentu untuk perubahan rezim di Suriah dengan menghasut masyarakat internasional dan memanipulasi Dewan Keamanan PBB.

“Kesimpulan tidak akan  dapat tercapai pada Suriah, jika menghasut komunitas internasional, dan penyelesaian yang stabil dapat dicapai hanya melalui dialog antara pemerintah dan oposisi ,”kata Lavrov, Senin (12/3).

Lavrov juga menolak intervensi militer di Suriah dan mengatakan bahwa setiap campur tangan asing justru akan membahayakan stabilitas regional.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton telah meminta Rusia dan China untuk mendukung penyelesaian krisis kemanusiaan dan politik di Suriah. Meskipun Rusia dan Cina telah dua kali memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap pemerintah Suriah.

"Kami percaya bahwa sekarang adalah waktu bagi semua negara, bahkan mereka yang sebelumnya telah memblokir usaha kita, untuk mendukung pendekatan kemanusiaan dan politik Liga Arab," kata Clinton dalam pertemuan DK PBB di New.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak pertengahan Maret dan banyak orang telah kehilangan nyawa dalam aksi kekerasan itu. Data PBB menyebutkan, sejak gelombang anti Bashar Assad terjadi setahun lalu, lebih dari 7500 penentangnya tewas. Sedangkan para aktivis menyebut jumlah korban telah mencapai lebih dari 8000 orang.

Berbeda dengan Libya, sejauh ini negara-negara barat menolak campur tangan dalam menyelesaikan konflik Suriah.

sumber : Press tv
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement