Selasa 13 Mar 2012 10:30 WIB

Pascainsiden Penembakan, Obama Kian Yakin Tarik Pasukannya

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Anar Gul (kanan) meratapi jenazah cucunya (baju merah) yang tewas dibantai tentara Amerika Serikat di Panjwai, Kandahar, Afghanistan, Ahad (11/3).
Foto: AP/Allauddin Khan
Anar Gul (kanan) meratapi jenazah cucunya (baju merah) yang tewas dibantai tentara Amerika Serikat di Panjwai, Kandahar, Afghanistan, Ahad (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Barack Obama mengatakan pembantaian yang dilakukan oleh tentara Amerika Serikat terhadap 16 warga Afghanistan membuatnya yakin untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan.

Penembakan Ahad lalu tersebut memicu kemarahan dari warga Afghanistan. Mereka menginginkan AS segera angkat kaki.

Obama mengatakan sebaiknya tidak terburu-buru dalam menarik pasukan. Penarikan pasukan harus dilakukan secara bertanggung jawab. Pasukan AS telah berada di Afghanistan sejak 2001.

Sekretaris Pertahanan Leon Panetta mengatakan peristiwa penembakan tersebut tidak akan mempercepat penarikan pasukan. Obama dan NATO berencana untuk menarik sebagian besar pasukan pada akhir 2014. Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney menyangkal bahwa penembakan akan mengubah rencana tersebut. "Peristiwa (penembakan) tersebut bisa terjadi dalam perang manapun," ujar Panetta, Senin (12/3).

Sehari sebelum penembakan, Kabul dan Washington mengalami kemajuan yang signifikan dalam negosiasi mengenai perjanjian kemitraan strategis. Dalam perjanjian itu, penasihat AS dan pasukan khusus diizinkan tetap berada di Afghanistan pada akhir 2014. Namun, kemungkinan mencapai kesepakatan penuh tampaknya akan sulit.

Penyerangan itu meningkatkan kemarahan terhadap AS. Bulan lalu, insiden pembakaran Alquran di pangkalan militer NATO juga menyebabkan protes panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement