REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah Inggris mengaku frustasi akan keadaan di Suriah. Hal itu diungkapkan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, Selasa (13/3) malam waktu setempat.
“Kami semua frustasi dengan Suriah. Yang terjadi di Homs benar-benar mengerikan. Saya tak tahu apa yang bisa kami lakukan,” aku Cameron.
Menurutnya, cara tercepat mengakhiri kekerasan di Suriah adalah dengan transisi pemerintahan. “Inggris ingin melihat transisi kekuasaan dengan oposisi daripada penggulingan secara revolusioner Presiden Bashar al-Assad,” jelas Cameron kepada wartawan.
Hingga saat ini, kekerasan di Suriah terus berlanjut. PBB mengatakan lebih dari 8 ribu orang tewas dalam pemberontakan yang berlangsung sejak Maret 2011 lalu. Sedangkan 230 ribu lainnya diperkirakan telah mengungsi di dalam atau di luar negeri. Meskipun demikian, Cameron dan Obama memandang intervensi militer bukan cara yang tepat untuk Suriah.
Opsi yang dipilih Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya yakni memberlakukan zona larangan terbang dan mendesak Suriah membuka pintu negaranya agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Suriah. Sementara opsi mempersenjatai oposisi dikesampingkan keduanya. Obama dan Cameron akan tetap meningkatkan tekanan terhadap Assad melalui cara diplomatik dan sanksi ekonomi.
Di sisi lain, parlemen Suriah mengatakan Assad telah memerintahkan pemilihan legislatif untuk Mei 7 yang akan diselenggarakan bawah konstitusi baru. Baik Rusia dan Cina telah menyambut reformasi yang dijanjikan Assad termasuk pemilihan legislatif tersebut.