REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI---Milisi Libya merilis video dua wartawan asal Inggris yang ditahan karena diduga melakukan kegiataan mata-mata di negara itu. Di dalam video tersebut, kedua wartawan itu meminta maaf karena telah memasuki negara yang terletak di Afrika Utara itu secara ilegal.
Nicholas Davies-Jones dan Gareth Montgomery Johnson, yang bekerja untuk televisi Iran berbahasa Inggris Press TV, ditahan pada 22 Februari oleh pasukan Swehli, satu dari lusinan milisi yang membantu penggulingan pemimpin Libya Muamar Gaddafi tahun lalu.
Di dalam pesan video bertanggal 12 Maret itu, Davies Jones mengatakan dia mendapat perlakukan yang baik. "Kami menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Libya karena masuk ke negara ini secara ilegal tanpa visa," ujar Davies Jones dalam video yang didapat oleh Reuters. "Kami berharap bisa segera bertemu dengan keluarga secepatnya."
Keduanya terlihat tenang dan secara fisik terlihat baik ketika berbicara. Mereka duduk di sofa, namun tidak jelas apakah mereka bebas dalam berbicara.
Awal bulan ini, milisi Swehli mengatakan telah menahan warga negara Inggris karena masuk ke Libya secara ilegal dan diduga melakukan kegiatan mata-mata.
Tidak ada petunjuk mengenai pesan video itu. Secara terpisah di video yang didapatkan Reuters, kedua jurnalis tersebut terlihat membawa bagasi ketika memasuki SUV putih, yang dikendarai ke luar markas milisi yang sebelumnya merupakan akademi militer perempuan di Tripoli. Tidak diketahui kapan video itu dibuat.
Juru Bicara Pasukan Swehli Mohammed As-Swehli mengatakan dua warga Inggris, seorang supir Libya dan juga penerjemah sudah dipindahkan ke pihak Dewan Peralihan Nasional (NTC) pada Selasa.
Namun seorang juru bicara NTC tidak dapat mengkonfirmasi bahwa mereka menerima tahanan wartawan.
Pekan lalu, komandan pasukan Faraj As-Swehli mengatakan keduanya sedang diperiksa pihak penyidik dan mereka mendapat kunjungan dari konsul Inggris.
Lembaga hak asasi manusia seperti Amnesty International dan Reporters Without Borders mengatakan kedua warga Inggris itu ditahan secara ilegal dan menyerukan agar milisi untuk melepaskan keduanya segera atau memindahkan mereka menjadi tahanan pemerintah Libya.
Hal itu karena mereka ditahan oleh milisi yang tidak mempunyai status resmi, yang menunjukkan ketidakstabilan dan lemahnya pemerintah pusat dalam mengawasi Libya sejak tahun lalu, tepatnya sejak penggulingan pemerintah Gaddafi dengan bantuan serangan udara NATO.