REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Parlemen Iran memanggil Presiden Ahmadinejad untuk pertama kalinya sejak Revolusi Islam Iran tahun 1979. Ahmadinejad menghadiri sesi tanya jawab dengan parlemen itu pada Selasa (13/3). Sebelumnya, parlemen Iran sudah pernah melakukan pemanggilan ini tetapi gagal ditindaklanjuti.
Seorang anggota parlemen, Ali Motahari, membacakan pertanyaan selama 15 menit, kemudian Ahmadinejad diberi waktu selama satu jam untuk menjawab pertanyaan tersebut. Di dalam ruang parlemen, sejumlah menteri kabinet mendampingi Ahmadinejad.
Ahmadinejad menjawab 10 pertanyaan yang diajukan oleh 79 anggota parlemen. Pemanggilan ini untuk meminta keterangan atas kebijakan ekonomi, kebijakan dalam dan luar negeri di tengah sanksi barat karena program nuklir Iran.
Pertanyaan juga meliputi keputusan dan kinerja pemerintahan Ahmadinejad mengenai sistem pemerintahan, laju pertumbuhan ekonomi, hingga anggaran budaya. Sebanyak 250 wartawan dari media domestik dan asing hadir di parlemen untuk mengikuti acara tersebut.
Ahmadinejad mengajukan bantahan terhadap pertanyaan yang menyudutkan pemerintahannya. “Sejauh ini tidak ada pelanggaran besar yang terbukti selama pemerintahan saya. Jika anda menilai kita kurang dari 100 persen, itu tidak adil dan pengecut,” kata dia.
Padahal sebelumnya, berbagai pihak meragukan Ahmadinejad akan hadir. Seorang anggota parlemen, Mohammad Hossein Farhangi, mengatakan 11 dari 79 anggota yang menandatangani surat pemanggilan telah mencabut tanda tangan mereka. “Saat ini, hanya 68 orang yang menandatangani surat pemanggilan parlemen,” kata Farhangi.
Perlu diketahui, parlemen Iran membutuhkan 70 tanda tangan untuk memanggil presiden. Namun demikian, pemanggilan terhadap Ahmadinejad tetap berlangsung. Anggota parlemen lainnya, Mostafa Reza Hosseini, mengatakan tidak mungkin bagi anggota parlemen untuk mencabut tanda tangan mereka. “Jika presiden memutuskan untuk tidak hadir di parlemen, ini membuktikan ia tidak berkomitmen terhadap hukum,” ujarnya.
Serangan parlemen terhadap Ahmadinejad didorong karena isu retaknya hubungan dia dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. Loyalis Khamenei mulai merongrong Ahmadinejad dengan menuduh penasihat Ahmadinejad menantang Khamenei dan mengancam dasar-dasar Republik Islam.