Rabu 14 Mar 2012 19:37 WIB

Usai Merkel, Giliran Menhan Jerman Sambangi Afghanistan

Rep: Antara/AFP/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Menteri Pertahanan Jerman melakukan kunjungan mendadak ke Kabul pada Rabu (14/3), dua hari sesudah Kanselir Angela Merkel dan dengan ketegangan masih tinggi setelah penembakan rakyat oleh tentara Amerika Serikat.

Sekembali dari pembicaraan di Pakistan, Thomas De Maiziere dijadwalkan bertemu dengan timpalannya dari Afghanistan, Abdul Rahim Wardak, serta Presiden Hamid Karzai pada lawatan tanpa pengumuman itu.

De Maiziere menekankan tekad Jerman atas tugas itu, dua hari setelah Merkel melemparkan keraguan atas rencana penarikan tentara Jerman dari Afghanistan pada 2014, dengan menunjuk keadaan goyah untuk pasukannya keluar.

Dalam jumpa pers dengan Wardak, De Maiziere mengatakan, "Saya menggarisbawahi bahwa tekad Jerman, berdasarkan atas kesepakatan dengan masyarakat antarbangsa, masih berlaku dan dapat diandalkan."

"Itu berarti, bersama masuk, bersama keluar dan itu juga berarti pemastian jadwal, dengan tugas selesai pada akhir 2014," tambahnya.

Pada Senin, dalam kunjungan mendadak ke tentaranya di Mazar-i-Sharif di Afghanistan utara, Merkel menyatakan jadwal belum tercapai untuk Jerman dapat mengatakan bisa menarik tentaranya.

"Oleh karena itu, saya juga tidak dapat mengatakan bahwa kami akan melakukannya pada 2013/2014," katanya. "Kehendak itu ada. Kami ingin melakukan itu dan bekerja untuk itu," katanya seperti dikutip kantor berita Jerman DPA.

Dalam tanggapannya kemudian, ia tampak memperjelas sikapnya, dengan menekankan 2014 adalah waktu penarikan. Kunjungan menteri itu juga terjadi setelah penembakan membabibuta pada Minggu oleh prajurit Amerika Serikat, yang menewaskan 16 warga Afghanistan, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Suasana tegang masih berlanjut setelah tersangka gerilyawan Taliban pada Selasa menembaki perutusan pemerintah Afghanistan, yang menghadiri upacara peringatan untuk korban tersebut. Karzai menyatakan pembantaian itu tak termaafkan, sementara Merkel menyebutnya tindakan mengerikan.

Jerman adalah pemasok ketiga terbesar pasukan ke 130.000 tentara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO setelah Amerika Serikat dan Inggris. Ia tercatat menempatkan 4.900 tentara di Afghanistan pada 1 Februari, tapi 500 di antaranya direncanakan ditarik pada 2013 sebelum penarikan tuntas.

Limapuluh dua tentara Jerman tewas, 34 di antaranya akibat tindakan musuh, kata laman tentara. Jajak pendapat menunjukkan bahwa tugas Jerman itu, penempatan besar pertama Bundeswehr di luar Eropa sejak Perang Dunia II, secara berkelanjutan tidak disukai rakyatnya.

Pembantaian pada Minggu itu menambah gelombang rasa benci Barat di Afghanistan sesudah pembakaran Alquran di markas Amerika Serikat pada Februari.

Jerman dan beberapa negara anggota lain NATO menarik penasehat mereka dari lembaga Afghanistan setelah dua tentara asing di Afghanistan ditembak mati dalam kekerasan atas peristiwa Alquran itu.

Pembakaran Alquran itu memicu berhari unjukrasa keras benci Amerika Serikat, yang menewaskan sekitar 40 orang dan menjerumuskan hubungan pasukan asing dengan sekutu Afghanistan mereka ke titik terendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement