REPUBLIKA.CO.ID, LONDON---Harga minyak jatuh karena tertekan oleh penguatan dolar dan karena Badan Energi Internasional memperkirakan penurunan besar ekspor minyak mentah Iran.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April merosot 27 sen menjadi 106,44 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent North Sea untuk April turun 31 sen menjadi 125,91 dolar AS per barel pada akhir perdagangan di London.
Ekspor minyak Iran kemungkinan besar akan turun hampir setengahnya dalam waktu enam bulan, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan, sementara mempertahankan perkiraan permintaan minyak dunia stabil untuk pertama kalinya sejak akhir 2011.
IEA mengatakan, pihaknya memperkirakan ekspor Iran turun menjadi sekitar satu juta barel per hari (bph) setelah pertengahan tahun ini.
Badan, yang bertindak atas nama negara-negara konsumen minyak, menambahkan dalam laporan bulanannya bahwa kegiatan ekonomi lemah dan harga minyak yang masih relatif tinggi akan menahan tekanan kenaikan terhadap konsumsi.
Pihaknya mempertahankan proyeksinya untuk pertumbuhan permintaan minyak tahun ini tidak berubah pada 0,8 juta barel per hari dalam laporan pertamanya sejak Yunani memastikan kesepakatan penyelamatan kedua dari kreditor publik dan swasta.
Secara absolut, permintaan global untuk minyak diperkirakan sebesar 89,9 juta bph. "Pasar secara keseluruhan masih cukup bullish, didukung oleh optimisme tentang ekonomi dunia," kata Justin Harper, ahli strategi pasar di IG Markets Singapura.
Harga minyak telah naik kuat karena pada seminggu terakhir karena meningkatkan sentimen tentang ekonomi AS, negara konsumen minyak terbesar di dunia.