REPUBLIKA.CO.ID, Presiden AS Barack Obama, Rabu (14/3), mengatakan dia dan Perdana Menteri Inggris David Cameron sependapat masih ada ruang dan waktu bagi penyelesaian diplomatik bagi masalah nuklir Iran, tapi ia berikrar akan terus menekan Teheran.
Ketika berbicara pada taklimat bersama dengan Cameron, yang sedang berkunjung, Obama mengatakan diplomasi adalah pilihan terbaik bagi pemimpin di Iran. Ia juga mendesak Teheran agar meraih peluang tersebut.
Ia menyatakan jendela diplomasi mengenai masalah nuklir Iran "menciut", demikian laporan Xinhua, Kamis pagi. Ia memperingatkan Iran mengenai konsekuensi jika negara Persia tersebut menolak untuk mematuhi kewajiban internasionalnya.
Barat telah lama menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir dengan kedok program sipil, tapi Teheran selalu membantah tuduhan itu.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton meminta Rusia memperingatkan Iran bahwa negara itu memiliki satu peluang terakhir dalam perundingan April untuk menghindari serangan militer menyangkut program nuklirnya, kata satu laporan, Rabu.
Surat kabar Rusia Kommersant Daily mengatakan Hillary mengemukakan kepada Menlu Rusia Sergei Lavrov bahwa perundingan antara Iran dan sejumlah negara adalah "peluang terakhir" untuk mnyelesaikan krisis itu.
Hillary meminta mitranya dari Rusia itu menegaskan kesempatan tersebut kepada pihak berwenang Iran karena Washington tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Republik Islam itu, kata surat kabar tersebut.
Musuh bebuyutan Iran, Israel serta sekutu utamanya, Amerika Serikat, berulang-kali menolak untuk mengenyampingkan penggunaan kekuatan militer terhadap Iran menyangkut program nuklirnya.
Rusia selalu memperingatkan serangan militer terhadap Iran berisiko menimbulkan bencana dan mengatakan krisis itu harus diselesaikan melalui jalur diplomatik.