REPUBLIKA.CO.ID, QALAT - Lebih dari seribu warga Afganistan turun ke jalan di kota Qalat, Provinsi Zabul. Dalam laman Presstv, Kamis (15/3), ribuan demonstran ini menuntut tentara Amerika Serikat (AS) pembantai 16 warga Afganistan dihukum berat di pengadilan.
Para demonstran mewakili jutaan warga Afghanistan yang marah besar akibat kebrutalan tentara AS yang telah membantai 16 warga sipil Afghanistan, Ahad (11/3) lalu. Para demonstran meneriakkan slogan anti AS dan pengusiran segera tentara NATO dari Afganistan.
Protes besar-besaran itu terjadi di tengah laporan Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta yang berencana mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul. Pembicaraan ini dinilai adalah upaya AS untuk meredakan ketegangan hubungan antara AS dan Afganistan yang kian hari kian memburuk.
Ahad (11/3) shubuh, seorang tentara AS dengan sengaja memuntahkan peluru tajam ke warga sipil Afghanistan di dalam rumah mereka di distrik Panjwaii di provinsi Kandahar, Afghanistan selatan. Seketika aksi biadab tersebut menewaskan sedikitnya 16 warga sipil yang sedang terlelap dan melukai beberapa orang lainnya.
Saksi lokal, bahkan menyebutkan jumlah korban hingga mencapai 18 orang. Tidak berhenti sampai disitu, prajurit AS keji ini lalu hampir membakar jenazah setelah ia bantai. Namun tidak semua jenazah terbakar dalam aksinya itu, berkat penyelamatan yang dilakukan warga sekitar. Ironisnya sebagian besar korban pembantaian itu adalah wanita dan anak-anak.
Pemimpin masyarakat di Kandahar meminta pemerintah Afghanistan dan masyarakat internasional untuk melakukan penyelidikan mendalam atas pembantaian tentara AS ini. Diduga si prajurit terganggu mentalnya akibat kondisi perang.
Pada Kamis (15/3) prajurit keji ini telah diterbangkan dari Afghanistan ke AS, Kamis (15/3). Ia akan menjalani pengadilan militer di AS atas tindakan biadab seorang dirinya, yang dikutip dari laporan pers di AS.
Dunia internasional semakin menyangsikan kesuksesan invasi AS ke Afghanistan yang diluncurkan pada tahun 2001 lalu. Invasi AS ke Afganistan berawal ingin menghapus AlQaeda dan Taliban dari Afganistan. Namun tindakan tentara AS sepertinya telah membuat antipati masyarakat Afganistan, terutama setelah pengencingan jenazah Taliban, pembakaran Alquran dan pembantaian warga sipil.