Kamis 15 Mar 2012 19:45 WIB

Kuburan Massal Ditemukan di Pantai Gading

Pantai Gading
Foto: .
Pantai Gading

REPUBLIKA.CO.ID, ABIDJAN -- Para penyelidik bersama dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah menemukan tempat yang diduga kuburan massal di barat Pantai Gading, Rabu (14/3). "Kami telah menemukan beberapa lokasi yang kami pikir itu adalah kuburan massal," kata ahli TKP, Amady Ba.

Ia datang untuk menyelidiki daerah sekitar kota Duekoue. Kelompok HAM Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan, pembantaian itu dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Presiden Alassane Ouattara. Pembantaian terjadi pascapemilu tahun lalu.

Ba mengatakan proses pembuktian kuburan massal dilakukan dengan cara ilmiah dan bukti masih harus dikonfirmasi. Menurutnya, pengadilan sedang menyelidiki kejahatan paling serius yang dilakukan selama dekade terakhir di Pantai Gading. Hakim di pengadilan yang berbasis di Den Haag memperluas penyelidikan di Pantai Gading. Mereka menyelidiki kekejaman yang dilakukan ketika percobaan kudeta oleh pemberontak utara memicu perang saudara.

Menurut Ba, para peneliti telah mengumpulkan kesaksian dari korban, saksi, kelompok hak asasi manusia dan komisi penyelidikan nasional. Misi PBB di Pantai Gading telah mengatakan lebih dari 1.000 orang tewas di barat negara tersebut selama kekerasan pascapemilu. Sekitar 500 orang tewas di Duekoue.

Amnesty mengatakan PBB yang berbasis di Duekoue, gagal berbuat lebih banyak untuk mencegah pembunuhan. Pada Juli, pasukan Ouattara membunuh hingga 47 orang di Sungai Cavally yang berbatasan dengan Liberia. Sebagian besar dari mereka tenggelam karena melarikan diri.

Ba mengatakan, ICC belum menyelidiki pembantaian di Sungai Cavally. "Kami masih dalam proses menyelidiki kejahatan," katanya.

Sebelumnya, mantan orang kuat Laurent Gbagbo telah dikirim ke pengadilan internasional tahun lalu untuk menghadapi tuduhan pembunuhan, pemerkosaan dan kejahatan lainnya. Kejahatan tersebut diduga dilakukan oleh para pendukungnya setelah dia menolak untuk menyerahkan kekuasaan kepada Ouattara. PBB mengatakan setidaknya 3.000 orang tewas dan bahwa kekejaman itu dilakukan di kedua sisi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement