REPUBLIKA.CO.ID, DILI -- Rakyat Timor Leste menggelar pemilu presiden, Sabtu (17/3). Pemilu ini merupakan satu dari rangkaian agenda penting negara baru tersebut untuk mendirikan pemerintahan mandiri pada tahun ini.
Pemungutan suara dibuka sejak pukul 07.00 waktu setempat. Sekitar 1,1 juta warga Timor Leste berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara di wilayah masing-masing. "Memilih adalah kewajiban seluruh rakyat karena negara ini adalah negara demokrasi," kata seorang tokoh agama Timor Leste Sidonia Perreira.
Pemilu presiden kali ini diramaikan oleh 12 calon presiden, termasuk incumbent Jose Ramos-Horta. Kandidat harus mendapat suara lebih dari 50 persen untuk dapat menang mutlak dalam putaran pertama. Para pengamat memprediksikan pemilu kali ini adalah persaingan sengit antara tiga kandidat, yakni Ramos-Horta, pemimpin partai Fretilin Fransisco Guterres, dan pemimpin pasukan gerilya Taur Matan Ruak.
Pada Juni mendatang, rakyat Timor Leste akan kembali mengadakan pemilu untuk membentuk pemerintahan. Administrasi PBB yang telah memegang kendali di negeri itu sejak tahun 1999 dijadwalkan akan menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan hasil pemilu pada akhir tahun ini.