REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senator dari partai Republik dan mantan pesaing Obama pada pemilihan Presiden 2008 lalu, John McCain menyarankan agar Washington jangan meninggalkan Afghanistan. McCain meminta AS terus berperang di Afgansitan dan melawan teroris hingga satu dekade mendatang.
McCain dianggap penerus kebijakan Bush. Ia seorang pendukung aktif kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dalam waktu yang lama. Dalam wawancara dengan televisi NBC, pada Ahad (18/3) ia menganggap warga Afghanistan akan 'menang' apabila Washington meninggalkan negara itu.
Dia lalu mengkritik Presiden AS Barack Obama, yang menetapkan 2014 sebagai batas waktu terakhir militer AS dengan penarikan dari wilayah Afganistan. "Pada sudut pandang militer murni, taktis, kita menang, tapi, Obama terlalu cepat berbicara mundur di Afghanistan," kata McCain yang dilansir dari Presstv, Senin (19/3).
Mengenai pembantaian oleh tentara AS di Afghanistan, McCain menjawab, ini merusak kesepakatan strategis kemitraan AS dengan Afghanistan. McCain mengklaim bahwa hubungan pasukan AS dan Afghanistan memiliki hubungan "luar biasa."
Pada Ahad (11/3) seorang Sersan tentara AS, Robert Bales dilaporkan membantai warga sipil Afghanistan di dalam rumah mereka di distrik Panjwai di Afghanistan selatan provinsi Kandahar. Aksi keji itu menewaskan 16 warga sipil dan melukai beberapa orang lainnya.
Menurut sebuah misi pencari fakta yang dibentuk oleh parlemen Afghanistan, mengungkap bahwa pelaku tidak bertindak sendiri. Sedikitnya 20 pasukan AS terlibat dalam pembunuhan sadis itu.
Pada 4 Februari 2011, PBB mengumumkan bahwa pada tahun itu adalah tahun paling mematikan bagi warga sipil Afghanistan. Secara keseluruhan, 3.021 warga sipil tewas dalam kekerasan terkait perang dan 4.507 terluka.
Angka ini menunjukkan bahwa korban tewas telah meningkat delapan persen dibandingkan tahun sebelumnya dan sekitar dua kali lipat angka untuk tahun 2007.n.