REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang KTT Nuklir yang akan digelar di Korea Selatan akhir bulan ini, Sekjen PBB Ban Ki-Moon sempat menyinggung permasalahan nuklir dalam forum Jakarta International Defence Dialogue (JIDD).
“Ancaman terror nuklir itu nyata,” katanya, Rabu (21/3).
Ia mengatakan isu mengenai nuklir tak hanya menjadi isu global, tetapi juga kawasan. Hal ini semakin intens ketika nuklir di Fukushima, Jepang mengalami kebocoran. Dari kejadian itulah, ia meminta semua negara untuk fokus dan memperhatikan serta mengontrol penggunaan nuklir di kawasan.
“Harus ada komitmen baru untuk memperkuat kontrol terhadap nuklir,” katanya. Ia mengharapkan terjadi progress yang signifikan dalam pertemuan KTT Nuklir pekan depan di Seoul, Korea Selatan.
Menurutnya, miliaran dollar yang telah digelontorkan untuk mempercanggih senjata nuklir sebaiknya dialokasikan untuk hal lain menyangkut kebutuhan sosial. Keberadaan senjata nuklir hanya membuat situasi dan kondisi negara, kawasan, dan global justru tidak stabil.
“Senjata nuklir tidak melakukan apapun untuk bisa melindungi kita di abad 21 ini,” katanya.
Ban Ki-Moon juga mengajak agar setiap negara melakukan kontrol terhadap keberadaan nuklir dan anggapan bahwa nuklir itu penting. Menurutnya, akan semakin baik jika setiap pemimpin negara tidak menganggap nuklir tidak penting, berbahaya, dan sudah tidak relevan.
“Cara paling baik untuk mengurangi ancaman nuklir adalah dengan mengurangi keberadaan senjata nuklir itu sendiri,” katanya.
Ia pun mengharapkan dukungan dari semua negara untuk merealiasasikan hal tersebut. Ia sendiri akan memfokuskan diri untuk mengajukan proposal saat KTT Nuklir di Korea Selatan. Isinya mengajak agar semua negara mengedepankan nuklir yang aman baik dari segi penggunaan maupun pengamanan.