REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Pemerintah Hamas Palestina di Jalur Gaza kini berusaha keras untuk mengendalikan situasi yang memburuk di sana. Saat ini Gaza mengalami kondisi serius, kekurangan pasokan listrik akibat tidak adanya persediaan bahan bakar minyak, dan pelayanan kesehatan yang tidak beroperasi.
Hampir 85 persen segala pelayanan publik di Gaza terhenti akibat krisis pasokan bahan bakar ini. Ribuan warga Palestina termasuk anak-anak harus antre berjam-jam untuk mengisi satu galon bahan bakar. Seringkali mereka pulang dengan tangan kosong, ini terjadi setiap hari di Gaza.
Menteri Sumber Daya Energi Palestina di pusat kota Tepi Barat, Ramallah, Omar Kittana, menyatakan bahwa Mesir telah setuju untuk memasok listrik ke Gaza dengan lima megawatt dalam waktu dekat. "Palestina akan mengimpor listrik dari Mesir mencapai 72 megawatt," ujarnya yang dilansir International Middle East Media Center, imemc.org, Kamis (22/3).
Di Gaza, kehidupan melambat dan bahkan berhenti, terutama setelah bahan bakar Mesir tidak jadi dikirim dari wilayah pesisir. Hamas menginginkan bahan bakar segera dikirim ke Gaza melalui terminal perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir. Sementara Mesir menginginkan bahan bakar untuk dikirim ke Gaza melalui Karem Abu Salem di persimpangan, yang dikendalikan oleh Israel.
Pabrik dan Toko Roti di Gaza harus mengurangi jam bukanya untuk karena keterbatasan bahan bakar dan krisis listrik. Tidak hanya itu, Komite Layanan Medis dan Darurat di Gaza, Adham Abu Salmiyya melaporkan bahwa hampir 50 persen ambulans, dan pemadam kebakaran tidak bisa beroperasi karena tidak ada bahan bakar.
Dia menambahkan bila Israel menyerang Gaza, atau harus keadaan darurat terjadi, maka situasi akan menjadi bencana bagi petugas medis dan tim penyelamat, karena mereka tidak bisa melakukan tugas mereka.
Dunia Arab dan negara Islam, serta Masyarakat Internasional tampaknya tutup mata akan permasalahan ini. Walau Pemerintah Palestina telah berkali-kali menuntut dunia Internasional dan kelompok HAM melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan warga Paelstina di Gaza ini.