REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Muslim Perancis merasa khawatir dan takut atas insiden penembakan di sekolah Yahudi. Mereka khawatir insiden tersebut akan meningkatkan ketegangan hubungan antaragama. Polisi Perancis sedang berusaha bernegosiasi dengan Mohamed Merah (23 tahun).
Pria keturunan Perancis dan Aljazair tersebut adalah tersangka penembakan yang menewaskan tiga tentara pekan lalu. Ia juga tersangka penembakan tiga anak-anak dan seorang guru di sekolah Yahudi Senin lalu. Pejabat setempat mengatakan, ia pernah mengunjungi Afghanistan dan Pakistan. Ia mengaku penembakan yang dilakukannya adalah pembalasan atas kematian anak-anak Palestina.
Di jalan-jalan Paris dan pinggiran kota, muslim Prancis mengutuk tindakannya. Mereka berharap perbuatan Merah tidak menyebarkan sikap antiIslam di Perancis. "Membunuh anak Yahudi sebagai balas dendam hanya menimbulkan kebencian," ujar pemuka agama Islam di Kota Essonne Abdelhak Eddouk, seperti dikutip dari Alarabiya, Rabu (21/3).
Ia menambahkan, orang seperti itu hanya menyakiti orang lain. Eddouk juga khawatir, peristiwa ini dimanfaatkan beberapa orang dalam masa kampanye pemilihan presiden untuk menimbulkan stigma terhadap Islam dan muslim.
Kepala sebuah pusat kebudayaan Islam di Essonne, Ezdine Ould Mohamed, meminta para politisi agar bertindak secara bertanggung jawab. Di luar sebuah masjid di pinggiran Clichy-sous-Bois, Mema Camara (31 tahun), berharap warga Perancis tidak mengaitkan pelaku penembakan dengan seluruh komunitas muslim. "Jika ia benar-benar seorang muslim, ia tidak akan melakukan hal itu," katanya.
Menurutnya, Allah melarang kekerasan. Warga lain Nasreddine Hanifa (51) mengatakan, tersangka telah direkrut oleh ekstremis dan dicuci otaknya. Namun, ia harus dihukum atas perbuatannya. Imam masjid di Bondy, Mohammed Meniri mengatakan dirinya terkejut atas insiden penembakan itu. Katanya, perbuatan tersebut bukanlah menghormati Islam, tapi justru menodainya