Sabtu 24 Mar 2012 07:27 WIB

Terkait Nuklir Iran, IAEA Dituding Jatuh dalam Perangkap AS

fasilitas nuklir Iran
Foto: frontpagemag.com
fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, Dua mantan pejabat senior Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menuduh Yukiya Amano, direktur jenderal IAEA, memihak kepada Barat terkait program energi nuklir Iran.

Robert Kelley, pakar senjata Amerika Serikat dan mantan kepala badan pengawas nuklir PBB, mengatakan bahwa kekhawatiran serupa dapat ditemukan antara kesalahan Barat terkait dugaan senjata pemusnah massal Irak dan metode penanganan IAEA saat ini menyangkut program energi nuklir Iran, harian Inggris Guardian melaporkan.

"Amano jatuh ke dalam perangkap Cheney [mantan Wapres AS Dick Cheney]. Apa yang kita pelajari pada tahun 2002 dan 2003, ketika kami berada di ambang perang Irak, adalah bahwa pendapat para pakar lain sangat penting dan analisa tidak boleh dibatasi pada kelompok tertentu," kata Kelley.

"Jadi, pelajaran apa yang bisa kita ambil selama itu? Sama sekali tidak ada. Sama seperti Cheney, Amano mengandalkan sekelompok kecil orang dan pendapat-pendapat lain tidak dibahas," tambahnya.

Sementara itu, Hans Blix, mantan Dirjen IAEA, mengatakan bahwa lembaga itu harus bersandar pada informasi yang diverifikasi. Ditambahkannya, "Ada perbedaan antara informasi dan bukti, dan jika Anda memimpin sebuah lembaga, Anda harus memastikan bahwa tidak mengambil kesimpulan berdasarkan informasi yang belum diverifikasi."

"IAEA memiliki kredibilitas istimewa. Ini harus dijaga dengan memeriksa bukti dan dokumen secara teliti. Jika negara tertentu menyerahkan informasi kepada IAEA demi kepentingannya, mereka harus memberikan bukti yang meyakinkan. Jika tidak, IAEA tidak boleh memberikan persetujuan," jelas Blix.

Sejak Amano memimpin IAEA pada Juli 2009, tekanan Barat terhadap Iran terkait program energi nuklir damainya telah meningkat dan ancaman serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran juga menjadi lebih sering. 

sumber : IRIB/PressTV/AR
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement