REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sebanyak 15 perempuan pejuang Kurdi (PKK) tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di tenggara Turki, Sabtu (24/3). Peristiwa tersebut diyakini sebagai jumlah korban terbesar bagi perempuan dalam satu hari.
Bentrokan terjadi di Provinsi Bitlis. Pemerintah Turki mengatakan, tiga lainnya terluka. Kantor berita swasta Dogan mengatakan bentrokan terjadi selama satu hari penuh pada Jumat. Seperti dilaporkan AP, Kelompok PKK yang berjuang menginginkan otonomi di tenggara Turki menganut paham Marxis dan percaya perempuan dan pria memiliki kedudukan yang sama.
PKK memiliki sejumlah militan perempuan. Pasukan perempuan ini tidak segan-segan melakukan bom bunuh diri sejak 1990-an dan menewaskan puluhan tentara dan warga sipil. Sejak 28 tahun lalu, banyak pejuang perempuan dan laki-laki terbunuh dalam beberapa bentrokan.
Awal bulan ini, media Turki yang belum bisa dikonfirmasi melaporkan delapan pejuang perempuan tewas dalam longsor di utara Turki, wilayah basis pejuang. Bentrokan di Bitlis bertepatan dengan meningkatnya pertempuran antara pemberontak dan pasukan keamanan. Setidaknya tujuh anggota pasukan keamanan Turki dan 24 pemberontak Kurdi.
PKK dianggap organisasi teroris oleh Uni Eropa dan AS sejak 1984. Sejak itu, konflik telah menewaskan puluhan ribu nyawa. Kampanye pemerintah untuk berdamai dengan Kurdi dengan memberikan mereka lebih banyak hak terhenti pada 2009. Sebanyak 20 persen dari 74 juta penduduk Turki adalah suku Kurdi.
Perdana Menteri, Recep Tayyip Erdogan, dan pejabat pemerintah lainnya sepakat membuka pintu dialog dengan kelompok Kurdi yang tidak terlibat kekerasan. Namun, politikus Kurdi menuduh pemerintah tidak tulus.