REPUBLIKA.CO.ID, Mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Hans Blix seraya mempermasalahkan laporan yang dirilis badan dunia itu pada November lalu soal kegiatan nuklir Iran, mengkonfirmasikan bahwa IAEA menerima sebagian besar informasi yang belum diverifikasi dari Amerika Serikat dan Israel.
Dalam wawancara eksklusif dengan televisi Al Jazeera, Blix menyatakan bahwa IAEA menerima informasi dari berbagai sumber, terutama dari AS dan Israel. Ditambahkannya, "Menurut saya, IAEA harus mengevaluasi informasi dengan sangat hati-hati dan kritis, karena jika tidak mereka dapat ditarik ke dalam penyimpangan."
Dirjen IAEA Yukiya Amano mengeluarkan sebuah laporan pada 8 November, menuduh Iran mengincar tujuan militer dalam program energi nuklirnya.
Iran menolak laporan itu dan menilainya tidak seimbang, tidak profesional, dan bermotif politik serta disusun di bawah tekanan politik, terutama oleh AS. IAEA juga telah melakukan inspeksi ke berbagai fasilitas nuklir Iran, tapi tidak pernah menemukan bukti pengalihan kegiatan nuklir negara itu.
Berbicara tentang situs militer Parchin, Blix menuturkan, tim inspektur telah beberapa kali mengunjungi situs itu. Ditambahkannya, Parchin adalah sebuah situs militer dengan ribuan bangunan. Negara mana pun tidak akan membiarkan inspektur internasional mendekati situs-situs militer mereka. "Meski demikian, Iran lebih terbuka tentang kegiatan nuklirnya daripada kebanyakan negara lain," tambahnya.