REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan pimpinan NATO mengklaim, seorang anggota kepolisian Afghanistan menembak mati seorang prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) di Afghanistan timur, Senin (26/3).
Penembakan itu merupakan pembunuhan 'hijau biru' kedua pada hari itu di Afghanistan, setelah sebelumnya dua prajurit Inggris ditembak mati oleh tentara Afghanistan di provisi Helmand, Afghanistan selatan. Sepanjang tahun ini tercatat, jumlah prajurit asing yang tewas dalam pembunuhan semacam itu sebanyak 16 orang.
"Menurut laporan operasional, seorang prajurit ISAF ditembak oleh seorang tersangka anggota Kepolisian Lokal Afghanistan (ALP) ketika pasukan keamanan mendekati sebuah pos pemeriksaan ALP," kata pernyataan ISAF itu. "Penyelidikan telah mulai dilakukan oleh pasukan Afghanistan dan koalisi."
Pernyataan itu tidak mengidentifikasi kewarganegaraan prajurit yang tewas itu, sesuai dengan kebijakan ISAF, dan tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut.
Korban-korban asing sebelumnya yang dibunuh personel keamanan Afghanistan (pembunuhan hijau biru) adalah enam prajurit Amerika Serikat, empat pelatih militer Perancis, seorang Albania dan dua personel ISAF yang kewarganegaraannya belum diumumkan.
Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan pejuang Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.
Menurut data PBB, jumlah warga sipil yang tewas meningkat secara tetap dalam lima tahun terakhir, dan pada 2011 jumlah kematian sipil mencapai 3.021 orang.
Berdasarkan laporan, AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org, sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang 2010 lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing.
Jumlah kematian sipil juga meningkat. Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan sebanyak 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan pejuang Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3 ribu orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130 ribu personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Sementara sebanyak 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009 lalu, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan.