REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan sedang menjalankan proyek untuk membangun sistem pemantau pergerakan bahan nuklir dan radioaktif lainnya di Vietnam. Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, dalam pernyataan kepada wartawan setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir di Seoul menjelaskan bahwa program itu adalah salah satu implementasi kesepakatan negara-negara peserta KTT untuk meningkatkan pemantauan terhadap pergerakan dan pencurian bahan-bahan radioaktif termasuk nuklir.
Proyek pembangunan sistem pemantau nuklir itu juga melibatkan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Lee Myung-bak menjelaskan bahwa sistem itu bisa digunakan untuk memantau pergerakan nuklir dan bahan radioaktif di kawasan termasuk Korea Utara.
"Intinya kita harus mengawasi pergerakan bahan-bahan nuklir," katanya.
Selain itu, Korea Selatan menyatakan kerja sama dengan Interpol dan agen-agen intelijen bisa memperkuat pemantauan bahan-bahan radioaktif tersebut. Lee Myung-bak menegaskan KTT Keamanan Nuklir tidak secara khusus membahas nuklir di Korea Utara. Namun, semua negara peserta secara umum menaruh perhatian pada masalah itu. Terutama rencana Korea Utara untuk meluncurkan roket pada pertengahan April 2012.
KTT Keamanan Nuklir dilaksanakan pada 26-27 Maret 2012 di Seoul, Korea Selatan. KTT diikuti oleh pemimpin dari 53 negara, termasuk Indonesia, dan perwakilan organisasi internasional yaitu PBB, IAEA, dan Uni Eropa. Interpol juga hadir dalam KTT di Seoul atas persetujuan para negara peserta dan organisasi internasional.
KTT diselenggarakan di tengah hubungan Korea Selatan dan Korea Utara yang tidak harmonis. Ini antara lain disebabkan oleh dugaan pengembangan industri nuklir di Korea Utara. Bahkan, beberapa negara terlibat untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara tersebut.
Korea Utara pernah menyatakan akan menangguhkan tahap-tahap krusial dalam teknologi nuklir. Namun, akhir-akhir ini negara itu secara jelas menyatakan akan meluncurkan roket pada pertengahan April 2012.