REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Kekhawatiran pasokan mendorong harga minyak naik di New York, Selasa (Rabu pagi WIB). Selain itu, kecemasan terhadap ketegangan Iran, konflik antara Sudan dan Sudan Selatan yang kaya minyak serta penutupan produksi anjungan Total di Laut Utara akibat kebocoran gas turut mendongkrak harga minyak dunia.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Mei, naik 30 sen dari Senin menjadi ditutup pada 107,33 dolar AS per barel.
Sedangkan di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei turun 11 sen menjadi menetap di 125,54 dolar AS per barel. Harga minyak telah naik moderat di kedua pasar pada Senin, tetapi aksi ambil untung meredamnya pada Selasa.
Di New York, "pasar tidak begitu dilanda aksi jual karena ada ketegangan Iran, tetapi tidak banyak berita ekonomi (AS) hari ini," kata Matt Smith di Summit Energy.
Selain itu, ketegangan yang telah berjalan lama atas program nuklir produsen minyak Iran, ketegangan geopolitik di Afrika timur membantu mempertahankan dukungan harga.
Seorang pejabat Sudan Selatan mengatakan, pesawat perang Sudan pada Selasa melancarkan serangan udara ke daerah kaya minyak. "Sengketa tampaknya meluas, meningkatkan kemungkinan bahwa 350 ribu barel per hari produksi yang ditutup akan tetap offline untuk periode berkepanjangan, dan menempatkan tekanan lebih lanjut pada pasokan minyak mentah sweet," analis JPMorgan Chase mengatakan dalam sebuah catatan penelitian.
Tak hanya itu, kebocoran gas besar dari anjungan Laut Utara yang dioperasikan oleh raksasa energi Prancis, Total, memaksa evakuasi dari rig kedua pada Selasa. Raksasa minyak dan gas Inggris-Belanda Shell mengatakan telah melakukan evakuasi dekat fasilitas sebagai langkah pencegahan.