Rabu 28 Mar 2012 08:25 WIB

Dua Pertiga Orang Amerika tak Setuju Sikap Obama Naikkan Harga Bensin

Rep: Aghia Khumaesi/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Dua pertiga orang Amerika tidak menyetujui cara Presiden Barack Obama, menanggapi kenaikan harga bensin dan meragukan untuk memilihnya kembali sebagai presiden. Hal ini berdasarkan hasil sebuah jajak pendapat baru.

Menurut jajak pendapat Reuters /Ipsos online yang dirilis pada Selasa (27/3), sebanyak 68 persen tidak setuju dan 24 persen lainnya menyetujui cara Obama menangani harga gas yang tinggi.

Jajak pendapat online itu melakukan survei pada 606 orang Amerika pada 26-27. Mereka juga mensurvei atas kepuasannya pada lintas partai, dengan 89 persen dari Partai Republik, 52 persen dari Demokrat dan 73 persen independen mengekspresikan ketidakpuasan atas masalah ini.

"Masyarakat tidak senang, karena mereka harus membayar USD 3,90 per galon. Mereka ingin seseorang yang dapat menjadi presiden, yang sama baiknya atau lebih baik," kata Chris Jackson, Direktur Riset untuk urusan Ipsos Publik, dikutip Reuters, Selasa (27/3).

Analis percaya bahwa, harga gas yang lebih tinggi menurunkan kesempatan Obama untuk masa jabatan kedua di Gedung Putih.

Menurut sebuah laporan Gauge Fuel AAA, harga gas naik 23 persen per galon dari bulan lalu, dan diperkirakan akan meningkat lebih tinggi selama beberapa bulan mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement