REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Ribuan umat Islam dari sayap kanan, keagamaan, dan sejumlah organisasi di Pakistan berunjuk rasa, Selasa (27/3). Mereka menyeru pemerintahan Pakistan untuk tidak membuka kembali perbatasannya dengan Afghanistan untuk NATO dan pasokan AS.
Kepala badan amal Jamaat-ud-dawa, Hafiz Saeed, yang dipandang sebagai front kelompok gerilyawan Lashkar-e-Taiba menyampaikan pidato di kerumunan massa dalam aksi unjuk rasa yang dijaga ketat itu. Kelompoknya itu kini dilarang karena dipersalahkan sebagai biang kerok serangan Mumbai pada 2008.
Koalisi pertahanan Pakistan menyeru protes karena parlemen memberi peluang untuk membuka kembali hubungan yang bermasalah antara Pakistan dengan Amerika Serikat (AS). Hubungan itu bakal memuluskan jalan bagi Islamabad membuka kembali jalur pasokan NATO.
Dua penyeberangan perbatasan darat ditutup pada 26 November setelah AS melakukan serangan udara yang menewaskan 24 tentara Pakistan di sepanjang perbatasan Afghanistan. "Para agen Amerika akan kembali menyelinap ke Pakistan dan mulai membunuhi warga kami yang tidak bersalah," kata Saeed di hadapan massa, seperti dikutip AFP dan Antara, Rabu (28/3).
"Orang Pakistan tidak pernah akan memungkinkan dimulainya kembali pasokan NATO dan jika pemimpin Pakistan, termasuk Panglima Militer Jenderal Ashfaq Kayani pikir mereka tidak dapat melindungi kepentingan nasional, mereka harus mundur," tambahnya.
Pakistan telah menempatkan Saeed dalam status tahanan rumah sebulan setelah serangan Mumbai. Namun, dia dibebaskan pada tahun 2009 dan pada 2010 Mahkamah Agung menguatkan pembebasannya dengan alasan bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menahan dia.