REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Sedikitnya satu orang tewas dan 13 lainnya luka-luka dalam bentrokan yang terjadi pada Selasa antara polisi antihuru-hara dan pengunjuk rasa yang menentang proyek ekstraksi gas di satu teluk Peru utara, kata laporan pihak kepolisian.
Kepala Kepolisian Federal Peru Raul Salazar mengatakan di televisi setempat bahwa ratusan pengunjuk rasa menyerbu markas polisi di kota Sechura, yang terletak 1.000 kilometer atau 620 mil dari sebelah utara Lima. Salazar mengatakan bahwa markas tersebut hampir hancur dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi. Dia menambahkan petugas menggunakan gas air mata dan senjata api untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Satu orang yang tewas yakni seorang nelayan bernama Cristian Alvarado Frias (24) karena tertembak. Beberapa polisi juga dilaporkan mengalami luka-luka.
Sebagian besar pengunjuk rasa adalah nelayan yang menentang ekstrasi gas alam lepas pantai di Teluk Sechura. Gubernur Provinsi Piura Javier Atkins mengatakan pemimpin pengunjuk rasa tersebut menyetujui untuk menunda aksi unjuk rasa mereka dan memulai perundingan pada Rabu.
Peru gencar meningkatkan produksi hidrokarbon dan mempunyai target untuk menghasilkan 400.000 barel minyak mentah dan bahan bakar gas pada 2015. Meskipun ditentang sekelompok masyarakat dan aktivis.
Kekerasan meletus pada hari kedua unjuk rasa yang dilakukan oleh "Defense Front of Sechura". Unjuk rasa tersebut diikuti 600 pengunjuk rasa, yang sebagian besar adalah nelayan. Mereka menghambat jalan kota dengan tongkat kayu dan batang kayu.
"Pengunjuk rasa juga melempar batu ke beberapa kendaraan sebelum terlibat bentrokan dengan polisi. Polisi menanggapinya dengan menyemprotkan gas air mata dan akhirnya mereka menggunakan senjata api," ujar Salazar.