REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk menjalin kerja sama di bidang energi berupa studi kelayakan pengembangan gas serta pengembangan energi baru. Kesepakatan itu diwujudkan dengan penandatanganan nota kesepahaman dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Korea Selatan, Rabu.
Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Pengetahuan dan Ekonomi Korea Selatan, Suwkwoo Hong di Istana Cheongwadae. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Lee Myung-bak menyaksikan penandatanganan itu.
Kesepahaman itu mencakup kerja sama penelitian tentang transportasi dan distribusi gas, serta terminal penerima gas dan jaringan suplai gas di Indonesia. Kedua negara juga sepaham untuk membangun sistem logistik gas, termasuk membangun fasilitas penyimpanan.
Untuk memperlancar studi kelayakan, kedua negara juga sepakat untuk saling memberikan informasi yang relevan, mengevaluasi dan mendiskusikan hasil studi kelayakan, serta menyesuaikan diri dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Penandatanganan nota kesepahaman itu adalah salah satu rangkaian dari kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono.
Presiden Yudhoyono tiba di Istana Cheongwadae menjelang petang, dan disambut oleh Presiden Lee Myung-bak dalam upacara kenegaraan. Setelah memeriksa pasukan dan sesi foto bersama, Presiden Yudhoyono dan Presiden Lee Myung-bak melakukan pertemuan bilateral.
Dalam pengantar pertemuan, Yudhoyono menyatakan Korea Selatan adalah salah satu mitra utama Indonesia. Yudhoyono juga mengajak Korea Selatan untuk semakin meningkatkan hubungan baik. Kedua negara akan memperingati 40 tahun usia hubungan diplomatik pada 2013.
Sementara itu, Presiden Lee Myung-bak mengucapkan terimakasih atas kunjungan Presiden Yudhoyono. Dia menyatakan kesiapan untuk menjadi mitra Indonesia. Acara kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan malam kenegaraan. Dalam acara itu, Yudhoyono secara khusus mengundang Korea Selatan untuk berkontribusi dan menjadi mitra utama dalam pembangunan di Indonesia, khususnya pembangunan infrastruktur yang telah terkonsep dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
"Kami ingin menjadikan Korea Selatan sebagai mitra utama dalam pembangunan kami," katanya.