REPUBLIKA.CO.ID, Pernyataan Barack Obama, Presiden Amerika Serikat terkait suplai minyak di pasar dunia yang mencukupi menjadi bumerang bagi kandidat pilpres dari kubu Demokrat ini mengingat harga bensin di AS sendiri mengalami kenaikan.
"AS akan terus melanjutkan usahanya menjatuhkan sanksi ekonomi dan perdagangan terhadap Republik Islam Iran dan seluruh pembeli minyak Iran akan mendapat sanksi keras dari Washington," ungkap Obama seperti ditulis situs Telegraph-Forum dan dikutip Fars News.
Ia menambahkan, tujuan utama Washington menerapkan sanksi minyak terhadap Iran adalah menghentikan program nuklir negara ini. "Menurut saya pasar minyak dunia memiliki cukup suplai dan mampu meningkatkan represi terhadap Teheran," ungkap Obama.
Menurutnya, AS akan menjatuhkan sanksi berat kepada seluruh lembaga finansial dan bank internasional yang terlibat kontrak transaksi minyak Iran. AS hingga kini mengecualikan 10 negara Eropa dan Jepang dalam sanksi minyak Iran. Negara-negara ini mengurangi impor minyaknya dari Iran dalam jumlah beasar. Sementara itu, seluruh pembeli minyak Iran memiliki kesempatan selama tiga bulan untuk mengurangi impornya dari Teheran.
Pernyataan Obama terkait cukupnya persediaan minyak di pasar dunia tidak sesuai dengan realita, karena di dalam AS sendiri harga bensin mengalami kenaikan dan hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Obama khususnya mendekati pilpres. Popularitas Obama pun anjlok.
Gedung Putih menyatakan mengawasi penuh transformasi pasar minyak dunia. Eskalasi ketegangan antara Iran dan Barat sejak awal 2012 mengakibatkan harga minyak mentah di dunia mengalami kenaikan cukup signifikan.