REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Presiden Pakistan, Asif Ali Zardari dijadwalkan bakal mengunjungi India dalam waktu dekat. Kunjungan Zardari untuk meningkatkan hubungan kedua negara pemilik senjata nuklir tersebut.
Zardari akan melakukan perjalanan dalam kapasitas pribadi untuk mengunjungi tempat suci seorang sufi Muslim. Ini adalah kali kedua kepala negara Pakistan bertolak ke India, setelah 2005 lalu. "Para menteri luar negeri kedua negara telah berhubungan satu sama lain untuk menyelesaikan rincian kunjungan presiden, yang bersifat pribadi, dan ia akan melakukan perjalanan ke India segera," kata juru bicara kepresidenan Farhatullah Babar kepada AFP.
Namun, tanggal kunjungan belum diputuskan, tapi akan segera diumumkan. Seorang pejabat senior pemerintah juga menegaskan perjalanan suami mendiang mantan presiden Pakistan, Benazir Bhutto tersebut. "Ini akan menjadi kunjungan pribadinya di mana ia akan pergi ke Ajmer Sharif. Tempat yang dianggap suci dan dihormatinya," kata pejabat tersebut.
Para pejabat tidak yakin apakah presiden 56 tahun itu akan menggunakan kesempatan untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin politik India.
India dan Pakistan memiliki hubungan penuh sejak merdeka dari kekuasaan Inggris pada 1947 silam. Kedua negara mengalami tiga perang dan melakukan saling balas uji ledakan nuklir pada 1998 lalu.
New Delhi membekukan perundingan damai dengan Islamabad setelah terjadi serangan-serangan teror di Mumbai pada 2008 yang menewaskan 166 orang. India menuding kelompok garis keras yang berpangkalan di Pakistan ada dibalik serangan teror tersebut.
Tetapi dialog perdamaian yang bergerak lambat dimulai kembali pada awal tahun lalu dengan kunjungan oleh para pejabat. Pada Maret tahun lalu, Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani dan timpalannya Perdana Menteri India Manmohan Singh menyaksikan tim negara mereka bermain kriket di semifinal Piala Dunia di India.
Pakistan mengatakan pada Februari akan mencabut larangan-larangan mengenai impor India pada akhir tahun ini dalam upaya menormalkan hubungan perdagangan kedua negara.
Ikuti Whatsapp Channel Republika