REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gerakan perlawanan Islam, Hamas masih menyita vila milik Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Kota Gaza, Palestina. Pengembalian vila kepada Abbas urung dilakukan setelah kesepakatan perujukan antara faksi Fatah dan Hamas macet. Alhasil, peluang Abbas kembali ke Gaza untuk memperoleh hartanya kian menipis.
Vila milik Mahmoud yang juga pempimpin Fatah itu dijaga ketat pasukan Hamas. Vila berwarna putih dengan atap merah berdiri tanpa penghuji tapi di bawah penjagaan ketat di Kota Gaza. Anggota pasukan keamanan pemerintah HAMAS mengelilingi bangunan itu, yang jatuh ke tangan mereka saat ketegangan yang berlangsung lama antar-faksi yang bertikai --HAMAS dan Fatah-- menggelegak jadi konflik berskala besar pada musim panas 2007 lalu.
Hamas mengusir anggota gerakan Fatah, pimpinan Abbas, dan memaksa mereka menyerahkan kendali Jalur Gaza, termasuk harta tersebut. "Tak ada orang di dalam," kata seorang pejaga Hamas berjanggut lebat.
Pada Januari, HAMAS mengumumkan gerakan itu akan mengembalikan bangunan tersebut Abbas. Tapi karena kesepakatan perujukan antara Fatah dan kelompok itu macet, peluang pemimpin Palestina tersebut kembali ke wilayah itu untuk memperoleh kembali hartanya kelihatannya tipis.
"(Bangunan) itu siap menerima kunjungan, hari ini jika perlu," kata penjaga tersebut, sementara senyuman menghiasi bibirnya, sebagaimana dilaporkan AFP.
Di tempat lain di Kota Gaza, satu lagi vila cantik berdiri tenang, markas Komisi Pemilihan Umum Pusat di Jalur Gaza.
Direktur lokalnya Jamil Al-Khaldi sedang menunggu lampu hijau dari pemimpin pemerintah HAMAS di Jalur Gaza Ismail Haniya untuk memulai pekerjaan penting guna mempersiapkan pemilihan umum, termasuk memperbarui pendaftaran pemilih.
Presiden komisi pemilihan itu, Hanna Nasser bertemu dengan Haniya dua bulan sebelumnya. "Sejak itu, Dr. Nasser telah mengirimi dia dua surat untuk meminta izin guna membuka pusat tersebut untuk memperbarui daftar pemilihan," kata Al-Khaldi. "Sedekat ini, kami tak menerima tanggapan, baik positif maupun negatif," tambahnya.
Di stasiun televisi HAMAS, krisis listrik itu diperlihatkan dengan ikon lampu pijar berukuran kecil yang menyala sepanjan acara di sudut kiri atas layar. Lampu itu menyala sebentar lalu padam, cahayanya yang lemah terputus-putus seperti prospek perujukan yang terlihat di Jalur Gaza.