REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN - Barat boleh saja menjatuhkan sanksi kepada Iran, namun kondisi itu tak menghalangi pertumbuhan ekspor negara Mullah tersebut. Kepala Bea Cukai Iran, Senin (2/4) mengklaim ekspor barang non-minyak Iran, di luar dugaan, justru mencapai nilai transaksi 105 milyar dolar AS (Rp965 triliunan) dalam perdagangan tahunan.
Kepala Bea Cukai, Abbas Memarnejad mengatakan, dikutip oleh kantor berita Fars, ekspor komoditas non-minyak itu meningkat 28 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara angka impor turun 4 persen.
Pada 16 Maret, direktur Organisasi Promosi Perdagangan, Hamid Safdel mengatakan eksport non-minyak utama Iran ialah gas cari, produk petrokimia dan layanan rekayasa teknis, masing-masing senilai 9 milyar dolar, 13 milyar dolar dan 4 milyar dolar.
Sementara ekspor lain, seperti karpet, kerajinan tangan dan produk agrikultur seperti kacang mencapai angka 17 milyar dolar.
Wakil presiden Mohammad Reza Rahimi mengumumkan pada Januari bahwa saldo perdagangan komoditi non-minyak dengan minyak diharapkan mencapai angka nol pada kalender fiskal Iran tahun depan.
Cina, Uni Emirat Arab dan Irak adalah tujuan utama ekspor Iran. Dua negara dari tiga tadi, Cina dan UEA ditambah Korea Selatan ialah importir terbesar produk Iran dalam kalender tahun lalu.