REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Para pemimpin negara Asia Tenggara berkumpul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kamboja, Selasa (3/4). KTT akan membahas reformasi di Myanmar, rencana peluncuran roket Korea Utara dan sengketa maritim dengan Cina. Kesepuluh pemimpin negara tersebut berkumpul dua hari setelah pemilihan sela yang dilakukan Myanmar.
Komisi pengawas pemilu Myanmar dari Kamboja menyebut pemilihan tersebut dilaksanakan dengan bebas dan adil. Lembaga tersebut juga menyerukan agar Barat menghapus sanksi terhadap Myanmar.
Atas hal ini, para menteri luar negeri ASEAN mengapresiasi pemilihan teresebut saat memberikan sambutannya. Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan mengatakan pemilihan tersebut merupakan bentuk kontribusi Myanmar dalam komunitas global. Negara ASEAN terdiri dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
"Kami mendukung cara pemilihan tersebut. Kami menghargai bahwa semua pihak bekerja sama mensukseskan tonggak politik bersejarah ini," kata Surin dalam pernyataannya.
Ia mengatakan, pemilihan tersebut hanya langkah pertama dari perjalanan panjang. Supresi politik dan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar kerap menjadi topik pembahasan dalam KTT ASEAN sebelumnya. Kekisruhan tersebut cukup membuat malu negara-negara tetangga yang demokratis.
Pada pertemuan ASEAN terakhir November lalu, Myanmar mendapat penghargaan atas upayanya untuk menjadi tuan rumah berikutnya pada 2014. Myanmar juga berpeluang mendapat investor asing jika Barat mencabut sanksinya.
Dalam pertemuan hari pertama tersebut, Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario mengatakan para menteri luar negeri ASEAN sepakat menentang rencana peluncuran roket Korea Utara. Filipina telah melayangkan protes resmi terhadap perwakilan Korea Utara di PBB, Cina, ASEAN.
Ketegangan di kawasan atas konflik teritorial Laut Cina Selatan juga menjadi topik pembahasan KTT. Cina telah lama memperebutkan wilayah tersebut dengan Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam.
Lebih dari sepertiga perdagangan dunia melewati jalur laut tersebut. Setengah perdagangan tersebut adalah terdiri dari minyak dan gas. Banyak kalangan percaya di dasar laut terdapat sumber minyak bumi yang besar.