REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak dunia jatuh pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah pemerintah AS melaporkan kenaikan besar stok minyak mentahnya, menambahkan kekhawatiran tentang pertumbuhan di negara konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.
Pasar juga mendapat tekanan dari banyaknya tanda-tanda resesi di Eropa dan Federal Reserve yang tampak semakin enggan menyuntikkan stimulus baru ke dalam ekonomi AS yang lamban.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, ditutup pada 101,47 dolar AS per barel, merosot 2,54 dolar AS dari tingkat penutupan Selasa.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk Mei jatuh 2,52 dolar AS menjadi berakhir pada 122,34 dolar AS sebuah per barel.
Menekan sentimen adalah laporan Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu yang menunjukkan stok minyak mentahnya melonjak sembilan juta barel dalam pekan yang berakhir 30 Maret. Itu peningkatan yang jauh lebih besar dari rata-rata perkiraan 1,9 juta barel, menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.
"Sembilan juta adalah angka yang sangat besar," kata James Williams di WTRG Economics, mencatat pasar telah melihat dua minggu berturut-turut persediaan minyak mentah kuat tidak biasanya.
''Sebenarnya tidak luar biasa memiliki persediaan kuat di musim semi, tetapi ini adalah jumlah sangat besar, terutama kembali ke belakang dengan minggu lalu," kata dia.
Williams mencatat bahwa stok di Cushing, fasilitas penyimpanan berbasis di Oklahoma kini mencapai 40 juta barel, sedangkan deruman bersama industri AS hanya setengah jumlah tersebut. "Permintaan turun di seluruh papan untuk hampir setiap produk (minyak bumi)," katanya. "Bagian dari itu adalah terkait harga, dan ini adalah karena ekonomi relatif lemah, sekalipun jika ada beberapa perbaikan."
Analis CMC Markets, Michael Hewson mengatakan harga minyak sudah pada penurunan karena kelemahan yang ditunjukkan di pasar modal akibat kekhawatiran tentang resesi berkepanjangan di Eropa membebani pasar minyak.