REPUBLIKA.CO.ID, DOHA---Wakil Presiden Irak Tarik al-Hashemi yang selama ini menjadi buronan atas tuduhan telah menjalankan serangkaian tindak terorisme, telah meninggalkan Qatar atas permintaan Arab Saudi. Selama ini Penolakan Qatar menyerahkan Hashemi menimbulkan perselisihan Qatar dengan Irak.
Hashemi meninggalkan Doha pada Rabu (4/4) setelah melakukan pembicaraan dengan para pejabat senior Qatar, termasuk Raja Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani. Hashemi meninggalkan daerah otonomi di wilayah Kurdistan Irak, setelah sebelumnya ia bersembunyi atas tuduhan teroris yang dilayangkan pada dirinya Desember tahun lalu.
Penolakan Doha untuk menyerahkan Hashemi ke pemerintah Irak selama ini menimbulkan perselisihan antar kedua Negara. Dalam jumpa wartawan di Baghdad Wakil Perdana Menteri Irak, Hussein al-Shahristani kekecewaannya atas sikap Pemerintah Qatar.
"Negara Qatar selama ini melindungi orang yang sedang kami cari, hal ini tak dapat diterima. Qatar harus mundur dan segera menyerahkannya pada Irak,” ujar Shahristani seperti dilansir PressTV, Kamis (5/4).
Menurut pernyataan dari kantor Hashemi, Ia akan kembali ke wilayah Kurdistan setelah mengunjungi sejumlah Negara. Selama ini Baghdad terus menuntut pemerintah regional Kurdistan untuk melakukan peradilan terhadap Hashemi. Sedikitnya 150 tuduhan dilayangkan pada Hashemi terkait aksi teror yang dilakukannya di Irak. Namun sejauh ini wilayah tersebut menolak membantu Irak.
Hashemi telah dituduh terlibat dalam serangan bom terhadap para pejabat pemerintah dan keamanan Irak selama beberapa tahun terakhir. Pada tanggal 19 Desember 2011, sebuah komite investigasi di lingkungan Departemen Dalam Negeri Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Hashemi. Hal ini dilakukan setelah tiga pengawalnya mengaku menerima perintah dari Hashemi untuk melakukan serangan teroris. Hashemi kemudian melarikan diri ke wilayah Kurdistan.