Jumat 06 Apr 2012 09:58 WIB

Serangan Israel ke Iran Picu Perang Dunia III

Rep: Amri Amrullah/ Red: Didi Purwadi
Gunter Grass
Foto: Reuters
Gunter Grass

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Peraih Nobel di bidang Sastra asal Jerman, Gunter Grass, memprediksi kemungkinan yang luar biasa atas aksi militer Israel terhadap Iran. Menurutya, serangan militer Tel Aviv terhadap Iran akan memicu apa yang disebut dengan Perang Dunia ke III.

"Jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran, mungkin dengan bom konvensional atau hulu ledak nuklir, maka akan memicu Perang Dunia ketiga," ungkap Grass yang dilansir dari Presstv, Jumat (6/4).

Ia juga menulis dalam puisinya yang kontroversial berjudul "What Must Be Said" yang diterbitkan koran lokal Jerman, Süddeutsche Zeitung, pada Rabu (4/4). Grass menyatakan keprihatinan atas konsekuensi dari kemungkinan serangan Israel terhadap Iran.

"Mengapa saya baru berkata sekarang, kalau kekuatan nuklir Israel juga telah membahayakan perdamaian dunia yang sudah rapuh? Karena, inilah yang harus dikatakan, ketimbang sudah terlambat untuk mengatakannya besok," sindir Grass dalam tulisannnya.

Grass juga mengatakan dalam puisinya pada Kamis (5/4),"Israel lah yang layak dipanggil 'kekuatan nuklir'. Dimana pernyataan ini adalah tabu di Jerman, dan aku memilih tidak ingin bergabung dalam 'keheningan umum' atas fakta ini."

Sontak puisi Grass ini telah membuat Israel kebakaran jenggot. Kedutaan Israel di Berlin mengeluarkan pernyataan pada Rabu yang mengatakan,"Israel tidak siap menanggung tuduhan Gunter Grass itu."

Grass memenangkan Hadiah Nobel pada 1999. Novelnya yang diluncurkan 1958, berjudul 'The Tin Drum', adalah dakwaan dari pola pikir Jerman di era Nazi. Grass adalah intelektual yang berani menyerang Israel atas puisi kontroversial barunya.

Nobelist ini telah menyampaikan bagaimana serangan Israel selalu mematikan terhadap warga sipil. Puisi Grass ini cukup beralasan. Karena, Israel adalah satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah yang tidak pernah mengizinkan inspeksi fasilitas nuklir miliknya. Israel juga menolak bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement