Jumat 06 Apr 2012 20:03 WIB

Peluru Meriam Akhiri Perjalanan Kapal Hantu Jepang

Kapal Jepang tanpa awak, Ryou Un Maru yang terkatung-katung setahun lebih setelah diseret gelombang tsunami pada 11 Maret lalu, mencapai Alaska dan ditenggelamkan di perairan tersebut.
Foto: Katu.com
Kapal Jepang tanpa awak, Ryou Un Maru yang terkatung-katung setahun lebih setelah diseret gelombang tsunami pada 11 Maret lalu, mencapai Alaska dan ditenggelamkan di perairan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TELUK ALASKA - Pelayaran Ryou Un Maru, kapal kosong yang terombang-ambing hingga laut Pasifik dan bahkan mencapai Teluk Alaska berakhir sudah. Penjaga pantai di Teluk Alaska menenggelamkan kapal yang kerap dijuluki kapal hantu Jepang dengan tembakan meriam.

Kapal sepanjang 49,8 meter itu terkatung-katung satu tahun lebih setelah terseret gelombang tsunami yang melanda Jepang. Tak lama setelah dihantam bola panas meriam, kapal tersebut tenggelam ke perairan lebih dari 6.000 meter di Teluk Alaska, sekitar 180 kilometer sebelah barat dari pantai tenggara Alaska.

Penjaga pantai menembakkan amunisi berdaya ledak tinggi. Dalam hitungan detik Ryou-Un Maru terbakar, terisi air, dan perlahan tenggelam. Pesawat Coast Guard C-130 dikirim untuk mengamati tenggelamnya kapal tersebut. Mereka juga memantau kemungkinan polusi yang ditimbulkan.

Penjaga pantai memperingatkan pelaut dan otoritas penerbangan berserta pilot mereka untuk menjauhi lokasi tersebut. "Empat jam kemudian kapal sepenuhnya tenggelam," kata Chief Petty Officer, Kip Wadlow, di Juneau.

Pejabat memutuskan mengaramkan kapal itu setelah mempertimbangkan risiko kemungkinan kandas atau membahayakan kapal lain di jalur pelayaran sibuk antara Amerika Utara dan Asia. Apalagi kapal itu tidak memiliki lampu atau sistem komunikasi.

"Menenggelamkan lebih tak berisiko daripada kapal itu akan berlari ke pantai atau berjalan ke lalu lintas maritim yang sibuk," kata juru bicara penjaga pantai, Paul Webb.

National Oceanic and Atmospheric Administration dan Badan Perlindungan Lingkungan mengkaji masalah itu memutuskan lebih aman kapal ditenggelamkan dan membiarkan bahan bakar menguap di perairan terbuka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement