Sabtu 07 Apr 2012 09:01 WIB

Deklarasi Kemerdekaan Mali Utara Dianggap tidak Sah

Pemberontak Tuareg berhasil merebut bagian utara Mali, Jumat (23/3).
Foto: AP
Pemberontak Tuareg berhasil merebut bagian utara Mali, Jumat (23/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA---Komisi Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) mengecam deklarasi kemerdekaan Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA) untuk bagian utara Mali dan menganggapnya tidak berlaku, katanya dalam satu pernyataan yang dikeluarkan Jumat malam di Abuja.

Komisi ingin mengingatkan semua kelompok bersenjata di bagian utara Mali, bahwa Mali yang adalah satu dan negara terpisahkan, dan ECOWAS harus mengambil semua langkah yang diperlukan, termasuk penggunaan kekuatan, untuk memastikan integritas wilayah negara itu, kata pernyataan itu.

ECOWAS ingin menegaskan kembali komitmennya terhadap persatuan dan keutuhan wilayah Mali, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap godaan untuk menyatakan bahwa setiap bagian Mali sebagai negara yang berdaulat, karena tidak akan pernah mengakui negara tersebut, kata pernyataan itu.

Televisi France 24 dalam siarannya Jumat mengatakan, pemberontak Tuareg Gerakan Nasional bagi Pembebasan Azawad Mali utara (MNLA) Jumat mengumumkan "kemerdekaan Azawad" dalam satu pernyataan disiarkan di televisi dan laman internet mereka.

"Kami dengan tegas mengumumkan kemerdekaan Azawad mulai hari ini," kata Mossa Ag Attaher, yang menambahkan bahwa pemberontak akan menghormati"perbatasan-perbatasan dengan negara-negara lain."

Kelompok-kelompok bersenjata dari gerilaywan Islam menyerang konsulat Aljazair dan menculik tujuh diplomat Kamis saat adanya kekhawatiran para petempur yang punya hubungan dengan Al Qaida mengubah negara itu menjadi negara merah dan meningkatkan penderitaan penduduk.

Ketika Tuareg berhasil dalam pemberontakan puluhan tahun untuk "membebaskan" tanah air mereka, para pesaing mereka yang fundamentalis mulai memberlakukan hukum Islam di bagian-bagian Mali utara.

MNLA mengatakan, sebagai akibat dari perjuangan mereka yang berhasil bagi satu daerah yang mereka namakan Azawad, mereka menghentikan semua operasi militer mulai Kamis tengah malam.

Amnesti Internasional memperingatkan bahwa Mali utara menghadapi satu malapetaka kemanusiaan setelah pemberontak menjarah pasokan bahan pangan dan obat-obatan di seluruh daerah itu yang telah menghadapi kekurangan pangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement