REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- Kepedulian masyarakat Indonesia terhadap pembebasan Tanah Palestina dari penjajahan Zionis Israel terus menggema. Setelah sukses memberangkatkan sebanyak 60 relawan, pada akhir Maret lalu.
Kali ini, Ahad (8/4), Aliansi Internasional untuk Penyelamatan Al-Quds Palestina, dan Komite Eropa untuk Pembebasan Blokade, bersama Asia Pasific for Palestine dan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), dengan misi yang sama, kembali menggelar pelepasan untuk memberangkatkan 15 relawan perdamaian ke Jalur Gaza-Palestina.
Para relawan ini akan melakukan aksi damai di Gaza Palestina, bersama para aktivis dan National Goverment Organization (NGO) perdamaian dari seluruh dunia lainnya dalam agenda 'Syaddul Rihal Untuk Palestina Merdeka'.
"Ini juga sebagai wujud kampanye dan informasi kepada masyarakat luas, agar masalah Palestina ini, terus tumbuh dan diperhatikan," menurut Kordinator Lapangan Relawan, Heri Effendi, di Balairung Budi Utomo, Hotel Bumi Wiyata Kota Depok, Ahad (8/4).
Ketua Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP), Soeripto menjelaskan, banyak rangkaian program bantuan yang akan dilaksanakan oleh para relawan Indonesia dalam keberangkatan kali ini. Diantaranya yang terpenting adalah melakukan inventarisasi permasalahan yang menghambat kemerdekaan Palestina.
"Para relawan juga akan membangun menara Al-Quds di Jalur Gaza sebagai simbol kemerdekaan," tambah Soeripto.
Acara pelepasan yang dihadiri oleh Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ishmail ini, selanjutnya akan diberangkatkan dari Jakarta menuju Kairo Mesir pada Selasa (10/4) mendatang. Dan selanjutnya bersama 300 aktivis dari 20 Negara di Dunia akan melakukan 'long marc' menuju Jalur Gaza melalui Al-A'Rizt.
Turut serta dalam rombongan relawan yang diberangkatkan kali ini adalah tokoh sastra dan penyair ternama Taufik Ismail. Sebagai penyair dan relawan tertua, dirinya akan membacakan puisi yang dituliskannya di tahun 1989, berjudul 'Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu'. Rencananya pembacaan puisi tersebut akan dihadiri oleh Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya