Selasa 10 Apr 2012 15:36 WIB

Liarnya Permukiman Israel, Palestina Protes ke DK PBB

Rep: Lingga Permesti/ Red: Dewi Mardiani
Pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan timur Yerusalem
Foto: AP
Pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan timur Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM-- Palestina menuduh Israel secara sistematis menghancurkan solusi dua negara selama puluhan tahun konflik, Senin (9/4). Pasalnya, Israel terus-menerus membangun permukiman baru di wilayah Palestina.

Pengamat PBB untuk Palestina, Riyad Mansour, mengirimkan surat protes kepada Sekretaris Jenderal PBB, Dewan Keamanan (DK) PBB, dan Majelis Umum PBB. Surat tersebut dikirim dua hari sebelum mediator kuartet Timur Tengah, Amerika Serikat (AS), PBB, Uni Eropa, dan Rusia. Pertemuan itu dilakukan di Washington untuk membicarakan proses perdamaian yang macet.

Mansour mengatakan, dengan pembangunan permukiman baru, Israel telah melakukan hal ilegal dan merusak. Pembicaraan perdamaian membeku karena Israel menolak menghentikan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem timur.

Dalam suratnya, Mansour mengatakan Israel sengaja menambah permukiman baru sebagai upaya untuk merampas tanah Palestina dan memiliki kontrol terhadap Palestina. Mansour mengimbau masyarakat internasional, khususnya DK PBB mengutuk kegiatan pemukiman ilegal Israel. Mansour juga meminta DK PBB mengambil langkah-langkah tegas untuk menekan Israel agar segera menghentikan pembangunan permukiman baru.

Sementara Israel, menolak tekanan internasional untuk membekukan pembangunan permukiman. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, bersikeras akan melanjutkan negosisi tanpa adanya prasyarat tertentu. "Kendala utama perdamaian bukan permukiman. Ini adalah klaim penolakan pimpinan Palestina untuk kembali ke meja perundingan," kata juru bicara Israel untuk PBB, Karean Peretz seperti dilansir AP.

Negara dalam kelompok kuartet itu menyerukan dimulai kembali perundingan Israel dan Palestina dengan tujuan kesepakatan perdamaian pada akhir 2012. Perdana menteri Israel dan Palestina akan bertemu akhir bulan ini guna melanjutkan pembicaraan damai, seperti diberitakan Reuters.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement