REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Embargo minyak Iran akan berlaku efektif pada Juli mendatan. Namun, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menegaskan bahwa saksi itu tidak akan berlaku pada negaranya.
"Mereka ingin menjatuhkan sanksi terhadap minyak kita dan kita harus mengatakan kepada mereka bahwa kita punya uang sebanyak itu tersimpan, yang bahkan jika kita tidak menjual minyak untuk dua sampai tiga tahun, negara ini akan mengelola dengan mudah," tutur Ahmadinejad dalam pidatonya yang disiarkan televisi pemerintah, Selasa (10/4).
"Siapa pun yang berusaha untuk melanggar hak-hak bangsa Iran akan mendapatkan pukulan ke mulut," tambahnya.
Menurut Badan Energi Internasional, pada tahun lalu, Uni Eropa mengimpor hampir 600 ribu barel minyak Iran setiap harinya, terhitung 24 persen dari total ekspor negara itu. Hilangnya penjualan tersebut diperkirakan akan memukul secara signifikan pilar utama perekonomian nasional.
Iran kemungkinan akan menemukan pelanggan alternatif untuk minyaknya itu. Tahun lalu, Iran diyakini telah membuat sekitar 80 miliar AS dari penjualan minyak, terhitung setengah dari seluruh anggaran nasional dan sekitar 80 persen dari pendapatan ekspornya.
Ekonomi Iran telah mengalami stagnasi selama bertahun-tahun, dengan nilai mata uang nasional, Rial terjun pada awal bulan tahun ini, sehingga menciptakan ketidakpuasan luas terhadap rezim Ahmadinejad.