REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO---Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda Kamis mengatakan bahwa negaranya dalam siaga penuh atas rencana peluncuran roket Korea Utara, yang diperkirakan pada waktu beberapa hari mendatang. "Kami ingin berusaha mereka menahan diri sampai menit terakhir," kata Noda kepada wartawan saat ia tiba untuk melakukan pembicaraan dengan gugus tugas khusus yang dibentuk untuk menangani tanggapan Jepang atas rencana peluncuran. "Tetapi kita ingin sepenuhnya siap untuk menghadapi setiap kemungkinan," kata Noda.
Pada Kamis, majelis rendah parlemen Jepang dengan suara bulat menerima resolusi yang menuntut Pyongyang menghentikan peluncuran roket yang direncanakan. "Peluncuran tidak pernah bisa diperbolehkan karena merupakan tindakan menghancurkan perdamaian dan stabilitas tidak hanya di Jepang tetapi juga di Asia timur laut," katanya.
Di Pulau Ishigaki Jepang di selatan kepulauan Okinawa, yang terletak tepat di bawah lintasan pengumuman roket, pejabat kota melanjutkan siaga pada pukul 06.00 waktu setempat Kamis, satu jam sebelum lima hari jendela peluncuran dibuka. "Kami akan terus dalam kondisi siaga setiap hari dari pukul 06.00 sampai 14.00 waktu setempat hingga Senin," kata pejabat kota Ishigaki, Choichi Ameku, mengacu pada waktu Korea Utara diperkirakan akan menjadwalkan peluncuran roketnya.
Penduduk telah diperintahkan untuk berlindung di gedung-gedung secepat roket itu diluncurkan, dan tidak untuk mendekati semua debu yang tampaknya telah jatuh dari roket karena biasanya sangat beracun, kata para pejabat.
Pemerintah Jepang telah mengatakan kepada warganya untuk "melakukan kegiatan kehidupan normal sehari-hari mereka" tetapi untuk menjadwal ulang acara atletik untuk anak-anak sekolah pada pagi ke sore hari, kata pejabat pendidikan Ishigaki, Akira Sakiyama. "Sejauh ini, warga akan melakukan urusan keseharian mereka seperti biasa," tambahnya.
Kritikus Barat melihat peluncuran itu sebagai uji coba rudal terselubung yang dilarang oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Tokyo telah menempatkan sistem pertahanan rudal untuk mencegat dan menghancurkan roket jika terlihat ditetapkan jatuh di wilayah Jepang, banyak seperti yang terjadi pada tahun 2009 ketika Pyongyang meluncurkan roket jarak jauhnya.