REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Para pejabat Iran mengatakan, akan memberi inisiatif baru mengenai pembicaraan nuklir Iran, Rabu (12/4). Namun, mereka menegaskan tidak akan mundur sedikitpun dari hak-haknya untuk program damai nuklir Teheran.
“Iran akan berpartisipasi menawarkan inisiatif baru pembicaraan nuklir dengan lima anggota Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman (G5+1) Sabtu (14/4) mendatang. Kami akan mengusulkan pendekatan yang konstruktif,” kata kepala negosiator nuklir Iran Saeed Jalili tanpa memberi rincian.
Iran, katanya, juga siap untuk mengadakan pembicaraan progresif dan kerja sama yang sukses. Namum, Jalili meminta G5 +1 menahan diri untuk tidak menekan Iran. Pasalnya, ia mengklaim, tekanan dan ancaman terhadap bangsa Iran tidak pernah membuahkan hasil.
Jalili juga memuji prestasi Iran selama tahun lalu terutama pada produksi bahan bakar bagi reactor riset Iran. Sementara itu, menurut kantor berita ISNA, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menegaskan tidak akan mundur sedikitpun dari hak-hak mereka. Ia menyiratkan pembicaraan nuklir Iran mendatang tidak akan menyerah karena ada tekanan dari Barat.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi mengatakan negaranya tidak akan menerima prasyarat untuk pembicaraan nuklir mendatang antara Iran dan G5 +1.
Menurut kantor berita Telegraph, Israel telah mengisyaratkan untuk menyerang Iran karena Teheran kehabisan waktu untuk menghentikan senjata atom. “Tanggung jawab ada pada Iran untuk serius dalam pertemuan selanjutnya,” kata seorang pejabat yang enggan disebut namanya.
Di tempat terpisah, politisi senior Shannon Kile di Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) berpendapat, pembicaraan pada Sabtu di Istanbul kemungkinan kesempatan terbaik terakhir bagi diplomasi. “Jika diplomasi gagal, kita bisa melihat kemungkinan konflik di kawasan itu," katanya.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia kembali menguat setelah mengalami pelemahan dua hari berturut-turut jelang pertemuan Iran. Pemicu kenaikkan kali ini adalah berkurangnya stok minyak mentah AS melewati perkiraan yang dikhawatirkan memicu penambahan cadangan minyak.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah jenis Brent untuk pengapalan Mei naik 30 sen ke level 120,18 dolar AS per barel. Sebelumnya, Brent sempat berada di harga 119,05 dolar AS per barel. "Jika negosiasi menciptakan risiko geopolitik yang sebelumnya telah dikhawatirkan pasar, ini bisa mendorong harga Brent dan minyak mentah AS semakin sempit," kata Chief Market Strategist iitrader, Richard Ilczyszyn.