Kamis 12 Apr 2012 21:47 WIB

Sudan Selatan Tolak Tarik Pasukan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Hafidz Muftisany
Pertempuran yang terjadi di Sudan selatan
Pertempuran yang terjadi di Sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menolak menarik pasukan dari perbatasan, Kamis (12/4). Namun, ia mengatakan tidak ingin berperang dengan Khartoum.

Untuk pertama kalinya pesawat Khartoum mengebom kota di selatan. Tiga hari sudah tentara Sudan dan Sudan Selatan terlibat pertempuran sengit. Pertempuran tersebut merupakan yang terburuk sejak Sudan Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya Juli lalu.

Dalam pidatonya di parlemen, Kiir mengancam akan mengirim pasukan ke wilayah Abyei jika Sudan Selatan tidak menarik pasukannya dari sana. Ia mengaku telah berbicara dengan Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon terkait rencananya tersebut.

Wilayah tersebut dikuasai oleh Khartoum dan pasukan perdamaian PBB berpatroli di sana. Kiir juga meminta Presiden Sudan Omar al-Bashir agar menarik pasukannya dari Abyei.

"Saya tidak akan menarik pasukan dari Heglig," ujarnya kepada anggota parlemen disambut tepuk tangan riuh para anggota parlemen.

Kiir tidak peduli dengan seruan Uni Afrika dan PBB yang memintanya menarik pasukan awal pekan ini. Ia menambahkan, pihaknya tidak ingin berperang dengan rakyat Sudan Selatan. Namun, jika Sudan diserang, ia akan mempertahankan diri.

"Saya berpihak pada rakyat Sudan, terutama para ibu yang tidak menginginkan anaknya terlibat dalam perang yang tidak berguna," katanya lagi.

Kamis subuh, pesawat Sudan menjatuhkan lima buah bom dengan sasaran jembatan di pinggiran Bentiu. Bentiu merupakan wilayah penghasil minyak. Satu orang tewas dalam serangan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement