Jumat 13 Apr 2012 06:22 WIB

WTO: Kita Belum Keluar dari Bahaya

WTO
Foto: flickr
WTO

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA---Pertumbuhan perdagangan global, sudah lebih lemah dari perkiraan 2011, lebih lanjut akan melambat tahun ini karena resesi Uni Eropa dan bahkan pertumbuhan yang dinamis Cina kehilangan kecepatan. Hal ini diungkapkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Guncangan ekonomi seperti krisis utang zona euro berada di belakang sebuah ekspektasi perlambatan pertumbuhan menjadi 3,7 persen tahun ini, dari 5,0 persen pada 2011.

"Beberapa kemunduran" tahun lalu memperlemah pertumbuhan perdagangan lebih dari perkiraan, menurut para ekonom yang memprediksi pertumbuhan 5,8 persen untuk 2011 pada September.

Selain krisis zona euro, WTO menunjuk dampak dari gempa bumi dan tsumani Jepang serta banjir parah di Thailand.

Setahun yang lalu, badan yang berbasis di Jenewa ini telah meramalkan pertumbuhan 6,5 persen untuk 2011 setelah sebuah "rebound" (berbalik naik) 13,8 persen pada 2010 menyusul krisis keuangan.

WTO memperkirakan perdagangan agak pulih pada 2013 dan mengakibatkan tambahan pertumbuhan 5,6 persen.

"Lebih dari tiga tahun telah berlalu sejak runtuhnya perdagangan 2008-09, tetapi perekonomian dunia dan perdagangan tetap rapuh," kata Ketua WTO Pascal Lamy.

"Melambatnya perdagangan selanjutnya diperkirakan pada 2012 menunjukkan bahwa risiko sisi penurunan tetap tinggi. Kami belum keluar dari bahaya," katanya.

Perkiraan terbaru WTO mengasumsikan pertumbuhan produksi global tahun ini 2,1 persen (turun dari 2,4 persen pada 2011) tetapi ada beberapa faktor risiko, seperti penurunan lebih curam daripada yang diperkirakan di Eropa dan kenaikan cepat harga minyak, yang dapat berdampak pada perdagangan lebih jauh, katanya.

"Data produksi terbaru menunjukkan bahwa Uni Eropa mungkin sudah ada dalam resesi, dan bahkan ekonomi dinamis China tampaknya akan tumbuh lebih lambat pada tahun 2012," kata WTO.

Pada 2011 negara-negara maju benar-benar melebihi ekspektasi ekspor dengan pertumbuhan 4,7 persen, didorong oleh kenaikan 7,2 persen dalam ekspor dari Amerika Serikat.

Tetapi catatan laju pertumbuhan 5,4 persen di antara negara-negara berkembang adalah lebih rendah daripada yang diantisipasi, karena mereka terkena gangguan dalam pasokan minyak selama konflik Libya dan gempa bumi Jepang mengganggu rantai pasokan.

"Banjir di Thailand bahkan melemparkan lebih banyak pasir ke dalam gigi (gears) rantai pasokan global," kata Lamy dalam konferensi pers di markas WTO.

"Tetapi banyak dari guncangan yang melanda negara-negara berkembang tahun lalu adalah satu kali peristiwa. Pertumbuhan di negara-negara ini biasanya akan bangkit kembali."

Asia merupakan wilayah yang mencatat pertumbuhan terkuat dalam ekspor (6,6 persen), berkat lompatan 16,1 persen di India dan 9,3 persen di China, meskipun ini jauh di atas angka Beijing 2010 dari 28,4 persen.

Pada 2011 nilai dolar dari perdagangan barang dunia meningkat 19 persen menjadi 18,2 triliun dolar AS, melebihi puncak 2008 sebesar 16,1 triliun dolar AS, tetapi terutama karena harga komoditas yang lebih tinggi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement