Jumat 13 Apr 2012 11:04 WIB

G-8 Peringatkan Suriah, Iran, dan Korut

Rep: Gita Amanda/ Red: Dewi Mardiani
Sejumlah pejabat dalam kelompok negara G-8.
Foto: AP
Sejumlah pejabat dalam kelompok negara G-8.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kelompok G-8 mendesak segera dibentuk resolusi untuk tiga negara, yaitu Suriah, Iran, dan Korea Utara (Korut). Desakan itu disebabkan oleh situasi di Suriah yang belum menentu, peluncuran rudal jarak jauh Korut, dan menjelang perundingan penting dengan Iran atas program nuklirnya.

Untuk kasus Suriah, G-8 menyambut baik gencatan senjata antara pemerintah dan pasukan oposisi. Namun, hal itu hanya langkah awal untuk mengakhiri krisis. Sedangkan Korut, G-8 mengancam negara itu untuk membawa masalah peluncuran roketnya ke Dewan Keamanan PBB. Sementara soal Iran, mereka minta membuktikan soal program nuklirnya tidak terkait kepentingan persenjataan kepada lima anggota tetap dewan keamanan ditambah Jerman.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, menegaskan sikapnya soal Suriah. “Gencatan senjata adalah langkah penting yang dilakukan Suriah, tapi itu juga merupakan salah satu elemen rencana utusan khusus. Rencana Annan bukan pilihan tapi kewajiban,” ujarnya di Departemen Luar Negeri seperti dilansir AP, Jumat (13/4).

G-8 meliputi Negara-negara diantaranya Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan AS.  Namun Rusia dan Cina telah memblokir tindakan PBB atas Suriah dan menetang tuntutan PBB agar Assad meninggalkan kekuasaannya.

Terkait dengan peluncuran rudal Korut, AS dan Negara G-8 lain mengatakan akan terjadi pelanggaran terang-terangan jika hal tersebut tetap terlaksana. Namun Korut tetap bersikukuh mengeklaim rencana tersebut bagian dari program luar angkasa dan tak melanggar perjanjian sebelumnya.

Clinton dan pejabat AS lain mengatakan akan membatalkan rencana mengirim bantuan pangan ke Korut dan akan membahas langkah berikutnya dengan Dewan Keamanaan PBB jika peluncuran tetap dilakukan. Pada saat yang sama, Clinton juga mendesak kepemimpinan Iran untuk terbuka soal program nuklirnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement