Sabtu 14 Apr 2012 13:41 WIB

Zumwalt, Kapal Perang Siluman AS Rp65 Triliun

Kapal perang Zumwal memiliki sistem peluru kendali vertikal tepi yang terpasang di sekeliling tepi dek
Foto: US Navy
Kapal perang Zumwal memiliki sistem peluru kendali vertikal tepi yang terpasang di sekeliling tepi dek

REPUBLIKA.CO.ID, Merespon pembangunan militer besar-besaran di Cina, AS merakit kapal perang terbaru. Sedikit mirip dengan anggota klan era perang sipil, DDG 1000 USS Zumwalt, nama kapal perang itu diperkirakan menelan biaya 7 milyar dolar AS lebih.

Kapal perang didesain untuk fokus pada serangan darat. Dengan mengandakan teknologi siluman tingkat tinggi, kapal bakal mampu merapat diam-diam ke tepi pantai sebelum melancarkan serangan dari sistem persenjataan masifnya.

Awalnya ongkos hanya diprediksi sekitar 3,8 milyar, namun tambahan teknologi membuat biaya pembuatan Zumwalt membengkak hampir dua kali lipat. Kapal perang ini hanya direncanakan tiga unit, begitu kelar, produksi akan dihentikan.

Zumwalt juga akan dirancang untuk menopang senjata elektromagnetik terbaru AL yang bisa menembakkan proyektil lima kali sekaligus dalam satu ukuran kecepatan suara.

Pengamat pertahanan, Jay Korman, mengatakan. "Mereka berupaya mengusung banyak teknologi terbaru dalam satu kendaraan tempur dan itu yang membuat biaya meroket." ujar Korman dari Avascent Groyp. "Saya kira orang-orang tidak akan mengubah pemikirannya untuk kapal perang yang terjangkau. Ini benar-benar kelewat mahal."

Galangan Bath Iron Work di Maine, di mana kapal itu sekarang dirakit, telah membeli bangunan seharga 40 juta dolar hanya demi membuat kapal supermasif tersebut. Terlepas dari ukurannya, kapal perusak terbaru itu hanya membutuhkan setengah dari jumlah kru kapal tradisional, karena mayoritas menggunakan sistem kendali otomatis.

Keprihatinan AS yang kian meningkat terhadap kerentanan posisi kapal induk terhadap misil Cina, membuat Pentagon melahirkan Zumwalt. Kapal itu bagian dari perubahan atensi AS terhadap kawasan Pasifik.

Kapal Zumwalt dijadwalkan menjelajah lautan sekitar tahun 2015.

sumber : Business Insider
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement