Senin 16 Apr 2012 05:31 WIB

Serangan Bom Guncang Irak, Satu Keluarga Tewas

Serangan bom di Irak/ilustrasi
Foto: AP Photo
Serangan bom di Irak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD---Serangan-serangan bom menewaskan lima orang di Irak termasuk tiga anggota keluarga yang rumahnya hancur dalam ledakan di daerah sebelah utara Baghdad, kata sejumlah pejabat keamanan.

 

"Orang-orang bersenjata tak dikenal memasang tiga bom di sekitar sebuah rumah yang terbuat dari lumpur dan alang-alang di daerah Taji, yang mengakibatkan rumah itu roboh dan menewaskan ayah, ibu dan anak laki-laki mereka yang berusia lima tahun", kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Bom-bom itu meledak sekitar pukul 04.00 (pukul 08.00 WIB), kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa seorang anak perempuan yang berusia dua tahun selamat namun terluka dan dibawa ke rumah sakit.

Di kota Kirkuk, Irak utara, ledakan bom mobil menewaskan pengawal seorang kepala keamanan daerah Kurdi dan mencederai 11 orang, kata juru bicara keamanan Fahad Ali Rashid.

Serangan itu terjadi di dekat Universitas Kirkuk dan juga mencederai tiga dosen dan seorang mahasiswa yang menghadiri sebuah konferensi mengenai permasalahan yang terkait dengan kekerasan.

Di sebelah barat Kirkik, bom pinggir jalan menewaskan putra seorang pemimpin lokal Sahwa, milisi penentang Alqaidah, di dekat desa Nawafel, kata beberapa pejabat keamanan.

Irak dilanda kekerasan yang menewaskan puluhan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan di Samarra, Ramadi, Baiji dan Qaim, banyak dari mereka membawa spanduk mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.

Para pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.

Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham. Sedikitnya 13 pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan terakhir, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani menyerukan perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah persatuan nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah ke krisis yang dalam".

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement