Senin 16 Apr 2012 10:33 WIB

Israel Tahan 40 Aktivis Pro Palestina

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang polwan Israel menangkap aktivis yang merampas spanduk bertuliskan 'Selamat Datang di Palestina' di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv.
Seorang polwan Israel menangkap aktivis yang merampas spanduk bertuliskan 'Selamat Datang di Palestina' di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Lebih dari 40 aktivis pro Palestina ditahan otoritas Israel di Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv. Otoritas Israel melarang mereka mengikuti kampanye 'Selamat Datang di Palestina' dan bakal mendeportasi para aktivis ke negara asal para aktivis.

Juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld mengatakan, sebanyak 41 orang ditolak masuk Bandara Ben Gurion dan berencana akan dideportasi, Ahad (15/4) kemarin. Selain itu empat orang yang menyambut mereka di bandara dengan membawa spanduk bertuliskan 'Selamat Datang di Palestina' juga ikut ditangkap.

Rosenfeld mengatakan, “Kami tahu para aktivis memiliki niat yang akan menyebabkan gangguan di dalam terminal, ini akan menghambat pesawat yang akan masuk,” ujar dia seperti dilansir Aljazeera, Senin (16/4).

Al Jazeera melaporkan, pada Ahad kemarin, otoritas penerbangan di seluruh Eropa melarang ratusan aktivis pro Palestina terbang ke Tel Aviv. Polisi Swiss misalnya, mencegah sekitar 100 aktivis Pro Palestina untuk terbang ke bandara Ben Gurion. Bahkan maskapai Inggris dan Prancis telah membatalkan kursi untuk penerbangan ke Tel Aviv.

Juru bicara kampanye 'Selamat Datang di Palestina', Anas Mohammed mengungkapkan, kepergian para aktivis dihalangi banyak polisi di bandara setempat. “Selain itu telah terjadi penyitaan paspor salah satu aktivis,” beber Mohammed.

Kampanye 'Selamat Datang di Palestina' telah berlangsung selama tiga tahun beruntun, mereka mengundang aktivis dari 15 negara untuk berkumpul di Israel 15-21 April. Tujuannya untuk menentang pengepungan Israel dari wilayah pendudukan di Palestina. Para Aktivis rencananya akan mengunjungi warga Palestina di bawah pendudukan di Tepi Barat.

sumber : Aljazeera
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement